Rabu, 14 Agustus 2019

Pelangi di Wednesday Slow Machine

https://youtu.be/feP_JDKIFjA

Pelangi di Wednesday Slow Machine

“Ingat Rabu, ingat Wednesday Slow Machine (WSM)”. Kalimat ini pernah terucap dari seorang teman saat jaman kuliah. WSM jaman kuliah adalah salah satu program dari sebuah radio swasta Jakarta, yang memperdengarkan lagu-lagu hits slow bin mellow  80-90an seharian. WSM otomatis menjadi “teman setia” kami menjalani hari Rabu masa perkuliahan pada era pertengahan hingga akhir 90an. Untuk mengenang hari-hari yang pernah dijadikan sebagai “Hari Mellow Massal Nasional” ini, saya memilih untuk menikmati lagu Pelangi dari Chrisye. Bukan lagu Barat yang biasa mendominasi WSM, tapi salah satu lagu terbaik karya anak bangsa.

Pelangi adalah salah satu track dalam album Badai Pasti Berlalu keluaran tahun 1999. Lagu ini merupakan remake dari versi aslinya dengan judul, penyanyi dan nama album yang sama yang rilis 22 tahun sebelumnya. Liriknya sederhana namun penuh makna dan yang pasti enggak murahan. Dengan tetap selalu menghormati album versi 1977 karya Eros Djarot yang dinobatkan oleh Rolling Stone Indonesia sebagai album terbaik Indonesia sepanjang masa, jika harus memilih, saya jelas lebih suka dengan Pelangi versi 1999 ketimbang yang aslinya.

Bagi saya, Pelangi versi 1999 hasil aransemen Erwin Gutawa memberikan kesan bahwa Chrisye lebih "menikmati" momen dalam membawakan lagu ini. Berbeda dengan versi aslinya yang temponya agak cepat (kalau tidak mau dibilang terburu-buru), dalam versi 1999 tempo dan ketukannya agak diperlambat. Tempo seperti ini jadi lebih selaras dengan lirik lagu yang terkandung di dalamnya. Pada akhirnya pendengar pun bisa lebih santai menikmatinya dan enggak ngos-ngosan (padahal enggak lari juga sih dengernya).

Dengan dukungan orkestra, suasana megah dan agung nan sakral pun berhasil disajikan dalam versi 1999. Sama dengan urusan tempo, suasana megah jelas lebih cocok dengan pesan yang ingin disampaikan oleh penyanyi atau penulis lagu. Di sisi lain, penambahan ini mengisyaraktkan bahwa sang pengubah seolah ingin memberikan penghormatan terhadap versi asli. Pun Erwin Gutawa berani memasukkan unsur rock dalam lagu bergenre pop ini. Hadirnya unsur rock, terutama dalam melodi gitar, menghasilkan kesan tegas dan garang. Lengkingan suara Chrisye pada bagian reffrein juga jadi ikutan garang meski usianya sudah kepala 5 saat lagu ini digubah. Jadi GGS gitu deh. Bukan Ganteng-Ganteng Srigala ya, tapi Garang-Garang Selow.

Pelangi versi 1999 banyak dikumandangkan di udara Jakarta saat Chrisye wafat pada Maret 2007. Entah mengapa lagu ini yang dipilih banyak radio sebagai simbol melepas kepergian sang legenda. Bukan Badai Pasti Berlalu, Merepih Alam atau Merpati Putih yang dianggap sebagai lagu terbaik dalam album aslinya.

Selamat mengenang WSM,
Selamat menikmati Pelangi.

Tidak ada komentar:

Arsip Blog