Senin, 13 April 2009

Wasit Yang Buruk Sekaligus Tidak Tegas

Wasit Yang Buruk Sekaligus Tidak Tegas

Awalnya, saya sempat kecewa lantaran TV One tidak menyiarkan pertandingan babak delapan besar leg kedua, antara Persib Bandung vs Sriwijaya FC. Namun saat memindahkan saluran dari kanal berlangganan ke terrestrial, siaran tunda laga seru itu ternyata naik tayang.

Seperti diketahui, Sriwijaya FC datang ke Bandung dengan mengantongi kemenangan 3-1 hasil pertandingan di Stadion Jaka Baring, Palembang. Mereka cukup bermain imbang atau setidaknya tidak kalah 0-2. Sementara bagi Persib, bermain dihadapan bobotoh diharapkan mampu mendongkrak semangat untuk bisa melesakkan sedikitnya 2 gol tanpa balas. Hasil pertandingan semalam pun ternyata berakhir imbang, 1-1. Sriwijawa lolos dengan agregat 4-2.

Saya terlewatkan 15 menit pertama pertandingan ini. Namun dari jalannya pertandingan dan informasi host acara, tampaknya sejak awal, tempo permainan berlangsung tinggi. Anak-anak Bandung seakan tidak kehabisan tenaga, mereka terus menggempur pertahanan tamu. Tim asuhan Rahmad Darmawan pun meladeninya dengan permainan terbuka dan seolah tidak bermain di kandang lawan.

Sudah pasti, permainan cepat dan tensi yang tinggi membuat emosi pemain sering lepas kendali. Pelanggaran demi pelanggaran yang keras menjadi pemandangan tambahan suguhan ini. Wasit Jimmy Napitupulu (JN) pun mengeluarkan beberapa kartu kuning sepanjang babak pertama. Ada beberapa kejadian yang luput dari pengamatan wasit sehingga kerap menghadirkan protes baik dari kubu Persib maupun Sriwijaya.

Awal malapetaka buruknya kepemimpinan JN adalah ketika memberikan tendangan bebas kepada Persib, menyusul aksi diving Siswanto yang tidak dijatuhkan oleh Wijay. Tendangan bebas pun diambil oleh Eka Ramdani yang mengarahkan bola langsung ke gawang Ferry Rotinsulu dan masuk tanpa tersentuh sedikitpun. Keputusan pelanggaran yang salah ternyata ditambah dengan sikapnya yang mengesahkan gol Eka Ramdani tersebut.

Pada saat tensi berada pada puncaknya, menit ke-68, JN melalui sudut pendangnya menganggap Siswanto dilanggar Ambrizal di kotak terlarang. Tanpa ragu dia pun menunjuk titik putih. Kontan semua pemain Sriwijaya FC mengerubungi JN. Yang terlihat jelas di layar kaca adalah bagaimana Ambrizal memaki-maki JN sambil terus mengacungkan jari tengahnya ke arah JN. Sebuah sikap protes yang berlebihan.

Lalu apa sikap JN terhadap Ambrizal? Hanya kartu kuning. JN tidak berani bersikap tegas terhadap keputusannya dan juga terhadap harga dirinya. Padahal Ambrizal secara sadar sudah berlaku menghina wasit seburuk apa pun kepemimpinannya. Kartu merah layak dilayangkan kepada Ambrizal. Berat memang, namun hal ini harus dilakukan agar wasit dilihat sebagai sosok yang tegas terhadap keputusan dan juga peraturan.

Persoalan kontroversi pemberian hadiah pinalti itu, pada gilirannya JN akan mempertanggungjawabkan kepada institusi yang bersangkutan. JN memiliki sudat pandang terhadap kejadian tertentu, seharusnya dia yakin akan hasil pengamatannya. Apa yang dilakukan JN belum seberapa dengan apa yang dilakukan wasit pemimpin laga Argentina-Inggris 86, Jerman- Argentina 90, dan partai kelas berat lainnya. Mereka mengeluarkan keputusan buruk dan merugikan pihak yang tertentu, tapi keputusan sudah keluar dan mereka yakin akan keputusannya.

Sebelum kejadian pemberian pinalti itu, kepemimpinan JN memang buruk. Mengutip komentar Rahmad Darmawan di Harian Kompas, hari ini 13 April 2009, yang mengatakan kekecewaaannya terhadap JN padahal JN adalah wasit nasional. Buruk, namun lebih buruk lagi jika tidak tegas.

Tidak ada komentar:

Arsip Blog