Istana Air Luar Biasa, Tiada Duanya?
Sabtu (6 Desember 2008) kemarin saya bersama keluarga kembali menyambangi kolam renang Atlantis di Taman Impian Jaya Ancol (TIJA), Jakarta. Selain untuk berenang, kami bisa dikatakan cukup sering bertandang ke TIJA. Bisa hanya untuk sekedar jalan-jalan di dermaga atau memang bermain di Gelanggang Samudera.
Kami datang pukul 07.15 WIB (pagi banget yach?). Hal ini memang sudah menjadi kebiasaan kami setiap melakukan rekreasi air di Atlantis. Karena kami ingin suasana yang belum ramai oleh pengunjung dan udara masih cukup segar, maka prinsip ‘semakin pagi semakin bagus’ selalu kami berlakukan.
Terakhir kami berenang di Atlantis sekitar setahun yang lalu, saat Irish belum genap berumur 7 bulan. Suasana secara prinsip tidak ada yang berubah. Hanya saja, di depan loket sudah terpampang pengumumam bahwa Kolam Spiral tidak bisa dipergunakan lantaran dalam perbaikan. Kami turun ke air sekitar pukul 07.30 WIB, mungkin pengunjung yang sudah ‘ciprat-cipratan’ tidak lebih dari 20 orang saja.
Seperti biasa kami selalu memulai dengan mengelilingi Kolam Arus. Anehnya, arus air di kolam ini yang biasanya terasa, kali ini tidak ada sama sekali. Pancuran, kucuran dan cipratan air dari sisi atas dan samping kola mini juga mati. Saya berpikir mungkin memang belum dihidupkan saja. Sewaktu saya tanyakan hal ini pada petugas yang ada di pinggir kolam, jawabannya sangat tidak nyambung. “Ombaknya mulai jam 11 pak!” katanya. Padahal saya tanya apa, dia jawabnya apa.
Sekitar sejam kemudian, barulah mulai terlihat arus air mulai terasa sedikit. Theme song Atlantis yang punya tag line “Istana Air Luar Biasa, Tiada Duanya” itu pun mulai diperdengarkan. Mulai dari versi anak-anak sampai yang dewasa. Saya mulai berguman dalam hati,”Apanya yang luar biasa?, terus yakin banget gak ada duanya”
Satu kata buat Atlantis, yaitu Kualitas. Memang terasa benar bahwa kualitas pemeliharan wahana masih menjadi kendala. Kualitas wahana yang lainnya seperti kolam anak, kolam bola, waterfall juga bisa dibilang biasa saja. Perawatan toilet dan tempat umum lainnya terkesan dilakukan sekedarnya saja. Tapi saya selalu punya moto; jika anak-anak senang, tentunya orang tua ikut senang.
Di Jakarta dan sekitarnya kini sudah hadir saingan kuat bagi Atlantis sebagai “Istana Air”. Sebut saja Water Boom di Cikarang, Ocean Park (Serpong), Water Bom (Pantai Indah Kapuk) dan terkahir ada The Jungle (Bogor). Belum lagi kabarnya akan dibangun beberapa water park lainnya di sekitar kawasan Jabodetabek.
Pengelola harus mulai berpikir untuk lebih membuat terobosan dan ciri khas buat Atlantis. Atlantis harus punya nilai lebih lain selain yang diimilikinya sejauh ini. Bagi saya, nilai plus Atlantis adalah tempatnya yang berada di TIJA. Selain ke Atlantis, kita pun bisa ke tempat rekreasi ala TIJA lainnya. Bandingkan dengan Water Bom, dimana kita memang hanya bisa berenang dan main air.
Perlahan namun pasti, Atlantis akan terlindas jaman jika inovasi tidak dilakukan secepatnya. Seharusnya pengelola harus peka terhadap kondisi ini. Theme song Atlantis pun semakin tidak relevan. Istana Air Luar Biasa, Tiada Duanya...Tiada Duanya.. Beneran?
Sabtu (6 Desember 2008) kemarin saya bersama keluarga kembali menyambangi kolam renang Atlantis di Taman Impian Jaya Ancol (TIJA), Jakarta. Selain untuk berenang, kami bisa dikatakan cukup sering bertandang ke TIJA. Bisa hanya untuk sekedar jalan-jalan di dermaga atau memang bermain di Gelanggang Samudera.
Kami datang pukul 07.15 WIB (pagi banget yach?). Hal ini memang sudah menjadi kebiasaan kami setiap melakukan rekreasi air di Atlantis. Karena kami ingin suasana yang belum ramai oleh pengunjung dan udara masih cukup segar, maka prinsip ‘semakin pagi semakin bagus’ selalu kami berlakukan.
Terakhir kami berenang di Atlantis sekitar setahun yang lalu, saat Irish belum genap berumur 7 bulan. Suasana secara prinsip tidak ada yang berubah. Hanya saja, di depan loket sudah terpampang pengumumam bahwa Kolam Spiral tidak bisa dipergunakan lantaran dalam perbaikan. Kami turun ke air sekitar pukul 07.30 WIB, mungkin pengunjung yang sudah ‘ciprat-cipratan’ tidak lebih dari 20 orang saja.
Seperti biasa kami selalu memulai dengan mengelilingi Kolam Arus. Anehnya, arus air di kolam ini yang biasanya terasa, kali ini tidak ada sama sekali. Pancuran, kucuran dan cipratan air dari sisi atas dan samping kola mini juga mati. Saya berpikir mungkin memang belum dihidupkan saja. Sewaktu saya tanyakan hal ini pada petugas yang ada di pinggir kolam, jawabannya sangat tidak nyambung. “Ombaknya mulai jam 11 pak!” katanya. Padahal saya tanya apa, dia jawabnya apa.
Sekitar sejam kemudian, barulah mulai terlihat arus air mulai terasa sedikit. Theme song Atlantis yang punya tag line “Istana Air Luar Biasa, Tiada Duanya” itu pun mulai diperdengarkan. Mulai dari versi anak-anak sampai yang dewasa. Saya mulai berguman dalam hati,”Apanya yang luar biasa?, terus yakin banget gak ada duanya”
Satu kata buat Atlantis, yaitu Kualitas. Memang terasa benar bahwa kualitas pemeliharan wahana masih menjadi kendala. Kualitas wahana yang lainnya seperti kolam anak, kolam bola, waterfall juga bisa dibilang biasa saja. Perawatan toilet dan tempat umum lainnya terkesan dilakukan sekedarnya saja. Tapi saya selalu punya moto; jika anak-anak senang, tentunya orang tua ikut senang.
Di Jakarta dan sekitarnya kini sudah hadir saingan kuat bagi Atlantis sebagai “Istana Air”. Sebut saja Water Boom di Cikarang, Ocean Park (Serpong), Water Bom (Pantai Indah Kapuk) dan terkahir ada The Jungle (Bogor). Belum lagi kabarnya akan dibangun beberapa water park lainnya di sekitar kawasan Jabodetabek.
Pengelola harus mulai berpikir untuk lebih membuat terobosan dan ciri khas buat Atlantis. Atlantis harus punya nilai lebih lain selain yang diimilikinya sejauh ini. Bagi saya, nilai plus Atlantis adalah tempatnya yang berada di TIJA. Selain ke Atlantis, kita pun bisa ke tempat rekreasi ala TIJA lainnya. Bandingkan dengan Water Bom, dimana kita memang hanya bisa berenang dan main air.
Perlahan namun pasti, Atlantis akan terlindas jaman jika inovasi tidak dilakukan secepatnya. Seharusnya pengelola harus peka terhadap kondisi ini. Theme song Atlantis pun semakin tidak relevan. Istana Air Luar Biasa, Tiada Duanya...Tiada Duanya.. Beneran?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar