Indonesia Bermain Buruk, Thailand Tampil Memukau
Bagi saya judul di atas sangat tepat untuk menggambarkan bagaimana jalannya pertandingan Indonesia kontra Thailand yang baru saja berlangsung 2 jam lalu dalam leg pertama babak semifinal AFF Suzuki Cup 2008 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta.
Meski hanya melihat pertandingan via TV, suasana stadion yang bergemuruh mendukung perjuangan Tim Merah Putih seakan tersambung ke seisi ruang tidur saya. Dukungan luar biasa itu tentunya terasa lebih dahsyat bagi Bambang Pamungkas Cs.
Namun peran pemain ke-12 itu tidak cukup untuk mendongkrak permainan Indonesia di lapangan. Kita kalah 0-1, dan ini adalah hasil yang jauh dari target menang tanpa kebobolan atau paling tidak seri tanpa gol. Kita pun harus lebih siap menghadapi partai tandang 20 Desember nanti.
Dalam 45 menit pertama, kita kesulitan mengembangkan permainan. Terlihat sekali pemain-pemain kita gugup, tidak tenang dan berada di bawah kelas lawan. Hasil dari kombinasi poin-poin negatif itu adalah banyak pemain melakukan kesalahan elementer yang tidak perlu. Seperti baru bisa main bola saja.
Saya pernah tegaskan, untuk urusan talenta kita tidak kalah dari mereka. Yang saya heran adalah bagaimana pemain sekelas Budi Sudarsono, Firman Utina dan juga Bambang Pamungkas seperti tidak keluar ‘ilmunya’. Bola-bola kita mudah sekali dipatahkan Thailand.
Sementara tim asuhan Peter Reid justru bermain tenang dan menikmati permainan. Gaya bermain sepakbola cepat dan menyerang ternyata benar-benar diperagakan oleh Teerasil Dangda Cs. Mereka tidak terpengaruh dengan hangar-bingar teror pendukung tuan rumah. Justru anak-anak asuh Benny Dollo yang terpengaruh irama cepat lawan. Buktinya kita kalah cepat dari mereka.
Kita pun sudah terlihat frustasi dengan beberapa kali meminta pinalti kepada wasit saat pemain lawan dianggap handsball di kotak 16. Terlepas dari bagaimana wasit memimpin, Indonesia bermain buruk dan kita tidak layak menang. Pahit dan tidak ada kekalahan yang menyenangkan. Namun kita perlu hargai perjuangan pasukan sepakbola kita dalam menghadapi tekanan yang luar biasa.
Masih ada 1 kesempatan untuk memperbaiki penampilan. Berat memang dengan defisit 1 gol di kandang. Meskipun sangat kecil, kita berharap Indonesia bisa bermain jauh lebih baik dan mudah-mudahan Thailand tampil tidak memukau seperti di SUGBK.
Bagi saya judul di atas sangat tepat untuk menggambarkan bagaimana jalannya pertandingan Indonesia kontra Thailand yang baru saja berlangsung 2 jam lalu dalam leg pertama babak semifinal AFF Suzuki Cup 2008 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta.
Meski hanya melihat pertandingan via TV, suasana stadion yang bergemuruh mendukung perjuangan Tim Merah Putih seakan tersambung ke seisi ruang tidur saya. Dukungan luar biasa itu tentunya terasa lebih dahsyat bagi Bambang Pamungkas Cs.
Namun peran pemain ke-12 itu tidak cukup untuk mendongkrak permainan Indonesia di lapangan. Kita kalah 0-1, dan ini adalah hasil yang jauh dari target menang tanpa kebobolan atau paling tidak seri tanpa gol. Kita pun harus lebih siap menghadapi partai tandang 20 Desember nanti.
Dalam 45 menit pertama, kita kesulitan mengembangkan permainan. Terlihat sekali pemain-pemain kita gugup, tidak tenang dan berada di bawah kelas lawan. Hasil dari kombinasi poin-poin negatif itu adalah banyak pemain melakukan kesalahan elementer yang tidak perlu. Seperti baru bisa main bola saja.
Saya pernah tegaskan, untuk urusan talenta kita tidak kalah dari mereka. Yang saya heran adalah bagaimana pemain sekelas Budi Sudarsono, Firman Utina dan juga Bambang Pamungkas seperti tidak keluar ‘ilmunya’. Bola-bola kita mudah sekali dipatahkan Thailand.
Sementara tim asuhan Peter Reid justru bermain tenang dan menikmati permainan. Gaya bermain sepakbola cepat dan menyerang ternyata benar-benar diperagakan oleh Teerasil Dangda Cs. Mereka tidak terpengaruh dengan hangar-bingar teror pendukung tuan rumah. Justru anak-anak asuh Benny Dollo yang terpengaruh irama cepat lawan. Buktinya kita kalah cepat dari mereka.
Kita pun sudah terlihat frustasi dengan beberapa kali meminta pinalti kepada wasit saat pemain lawan dianggap handsball di kotak 16. Terlepas dari bagaimana wasit memimpin, Indonesia bermain buruk dan kita tidak layak menang. Pahit dan tidak ada kekalahan yang menyenangkan. Namun kita perlu hargai perjuangan pasukan sepakbola kita dalam menghadapi tekanan yang luar biasa.
Masih ada 1 kesempatan untuk memperbaiki penampilan. Berat memang dengan defisit 1 gol di kandang. Meskipun sangat kecil, kita berharap Indonesia bisa bermain jauh lebih baik dan mudah-mudahan Thailand tampil tidak memukau seperti di SUGBK.
1 komentar:
wah..anak loe ganteng sa..
salam buat keluarga..
-si anus-
Posting Komentar