Senin, 15 Desember 2008

Indonesia Bisa Mengatasi Thailand, Jika..

Indonesia Bisa Mengatasi Thailand, Jika..

Sebagai bagian dari strategi meraih gelar Piala AFF untuk pertama kalinya, Benny Dollo, pelatih Indonesia, tadinya mengharapkan bisa jumpa Thailand di babak final dengan syarat menjadi juara Grup A. Maksud hati menghindari, apa daya ternyata harus ketemu juga di babak semifinal. Di babak akhir fase grup, kita kalah 0-2 dari Singapura yang keluar sebagai juara grup, yang nantinya ketemu Vietnam, runner up Grup B.

Status Tim Gajah Putih sebagai pilar utama kekuatan sepakbola Asia Tenggara memang sudah diamini oleh banyak orang. Permainan kolektivitas dan kecepatan ala Thailand menjadi kekuatan utama dari sukses mereka selama ini. Apalagi dengan hadirnya Peter Reid, Englishman yang punya segudang pengalaman melatih di Liga Premier, permainan Thailand lebih berkarakter dan mumpuni. Mereka kuat dalam bertahan maupun menyerang, lihat saja rekor gol mereka di babak grup, 11-0!

Kita harus mengakui. Dengan rekor paling muktahir itu, Indonesia tidak diunggulkan untuk melenggang ke final. Thailand nyaris tanpa cacat. Organisasi permainan mereka sudah matang. Kekuatan dan daya tahan fisik mereka yang prima pun sudah teruji saat bermain 3 kali dalam 5 hari. Sementara kita terlihat sudah ‘habis’ di laga akhir lawan Singapura. Di atas kertas, kita kalah segala-salanya dari Thailand. Tapi untuk menghibur diri, tidak ada salahnya jika kita tetap berprinsip bola itu bundar.
Faktor menjadi tuan rumah terlebih dulu juga punya pengaruh tersendiri. Ada kesan khawatir (berlebihan) bahwa kita bisa saja menahan imbang Thailand di Senayan (16/12), tapi kita harus siap ‘dibantai’ saat main di Phuket (20/12). Terlebih dengan bermain habis-habisan di Senayan, efektif tim hanya punya waktu 3 hari untuk pemulihan kondisi fisik dan adaptasi kondisi di Thailand.
Bendol lebih menyukai bermain tandang lebih dulu. Teori ini memiliki dasar bahwa paling tidak tim yang bertandang lebih dulu punya pengalaman mengetahui gaya permainan lawan, sekaligus ‘membalas dendam’ saat bermain di kandang. Apa pun itu, sistem kandang tandang punya kelemahan dan kelebihan masing-masing. Tergatung kita melihat dari sisi mana. Yang jelas kita harusnya melihat bahwa kita punya 2 kali kesempatan untuk bermain bagus! Itu saja.
Thailand bukan tidak mungkin dikalahkan. Saya ingat apa yang dikatakan pelatih sepakbola saya, Om Sugih Hendarto. Kita tidak perlu pusing dengan reputasi dan bagaimana lawan bermain. Yang terpenting justru adalah bagaimana kita bermain. Saya rasa hal itu harus berlaku dan ditanamkan buat Bambang Pamungkas Cs nanti.
Kita punya banyak senjata untuk bisa meredam mereka sekaligus memukulnya. Pemain-pemain kita punya talenta teknik yang bagus. Skill Individu saat jumpa Thailand nanti harus benar-benar keluar. Salah satu faktor yang membuat Bahrain dan Arab Saudi pontang-panting di Piala Asia 2007 adalah kelihaian aksi pemain-pemain kita. Tentunya faktor militansi juga punya peranan yang besar pula.
Hadirnya Boaz Salossa dan Ricardo Salampessy jelas merupakan darah segar. Hadirnya Boaz di lini depan, akan menjadi fokus perhatian anak-anak asuh Peter Reid. Jika tampil prima, Boaz memberikan arti sebuah permainan cepat sesungguhnya. Bendol pun tidak perlu ragu untuk ‘sedikit’ merubah pola menjadi 4-3-3. Kita punya pengalaman memainkan pola itu. Dengan menaruh 3B (Bambang Pamungkas, Budi Sudarsono dan Boaz) yang punya kharisma tersendiri di posisi striker , Thailand akan berpikir untuk bertahan jauh lebih baik.
Lini tengah biarkan menjadi milik Punaryo Astaman dan Firman Utina. Semoga Firman sudah benar-benar bugar. Absennya M. Robby karena akumulasi kartu, perannya bisa digantikan oleh Nova Arianto. Bermain lugas dan konsentrasi penuh adalah mutlak menghadapi Thailand. Serangan balik yang cepat dan taktis milik Thailand, harus diredam dengan kokohnya pertahanan dan ketenangan pemain-pemain kita.
Om Benny juga harus tegas dn cepat mengambil keputusan jika ada pemain yang out of play. Saat jumpa Singapura, kita seakan memberikan toleransi yang besar kepada pemain yang sedang bermain buruk. Pemain yang siap tempur dan bisa menerapkan strategi pelatihlah yang layak diturunkan dan dipertahankan.
Pengalaman di babak grup juga penting. Jangan memaksakan bermain dengan mengoptimalkan peran sayap yang berujung pada umpan silang ke kotak 16. Ingat 3 gol kita di Piala Asia 2007? Semua lewat skema permainan dari lini tengah yang berujung pada umpan terobosan ataupun tendangan langsung. Tusukan-tusukan yang mengandalkan kecepatan dan ketepatan adalah senjata kita yang sebenarnya.
Di atas semua itu, ketenangan adalah kata kunci utama kita bisa mengatasi Thailand.

Tidak ada komentar:

Arsip Blog