Lebaran Bukan Ajang Untuk Bermewah-Mewahan
Lebaran akan tiba tinggal dalam hitungan hari saja. Apa yang bisa kita saksikan dan rasakan di sekeliling kita adalah persiapan banyak orang (bukan cuma umat muslim saja) untuk menyambut datangnya Idul Fitri. Itu adalah yang hal biasa setiap kali jelang lebaran. Harus meriah. Seolah berlebaran harus selalu dengan kata ‘perayaan’ dan ‘kemeriahan’. Tidak heran jika trade mark lebaran selalu berkaitan dengan perayaan dan kemeriahan.
Kesibukan orang untuk berlebaran terlihat mulai dari persiapan membeli kebutuhan sandang dan pangan, mudik, dan lain sebagainya. Permintaan masyarakat akan barang dan jasa meningkat drastis. Semuanya menjadikan kondisi rush yang berimplikasi pada sebuah realita ekonomi biaya tinggi yang tak terelakkan. Itu selalu terjadi setiap tahunnya.
Kita seakan lupa bahwa lebaran tidak selalu harus dilakukan berbeda dengan hari-hari biasanya. Hakikat dari Idul Fitri adalah bagaimana kita menyambut kemenangan kita sebagai umat beriman setelah melewati bulan puasa. Sebuah sikap yang tentunya tidak meninggalkan nilai-nilai kesederhanaan.
Tidak ada yang salah jika kita memang harus berlebaran secara sederhana. Tidak perlu baju baru atau barang baru, tidak perlu mengumbar kekayaan pula dengan bermewah-mewah. Semuanya bisa dilakukan seperti hari-hari biasa saja. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa memahami makna Idul Fitri itu sendiri. Makna yang bukan selalu diukur dari materi dan tampilan luar, tapi yang jauh lebih penting adalah sisi dalam dati kita yang kembali ke fitri.
Kita masih harus memperhatikan banyak saudara kita yang serba kekurangan saat berlebaran. Bisa jadi, saat kita berpesta pora di saat lebaran, tidak jauh dari tempat kita, banyak orang yang belum makan hari itu. Ini yang perlu direnungkan kita bersama.
Lalu, kapan kita bisa berlebaran secara sederhana? Tanpa harus bermewah-mewah? Kita bisa lakukan itu di lebaran kali ini dan seterusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar