Senin, 16 Februari 2009

Milan (Memang) Butuh Kaka

Milan (Memang) Butuh Kaka

Akhirnya derby della madonia kedua di musim 2008/09, dimenangkan kubu Inter. Mereka menang tipis 2-1 atas ‘tamu’nya, Milan. Gol Inter dicetak oleh Adriano dan Stanjkovic. Sementara Pato kembali tampil sebagai mesin gol Milan dengan gol semata wayangnya.

Dalam duel yang cukup ketat, kedua tim sebenarnya memiliki peluang yang sama untuk keluar sebagai pemenang. Milan Derby memang bukan sekedar derby. Tensi dan drama yang dihadirkan selalu menarik untuk disaksikan menit per menit, bahkan detik per detik. Salah satu drama yang tersisa adalah bagaimana Adriano seorang pemain berkaki kidal, bisa mencetak gol dengan bantuan tangan kanannya.

Milan sebenarnya bermain tidak jelek, hanya saja ada beberapa catatan yang dibutuhkan bila Milan ingin terus berambisi meraih gelar terhormat musim ini. Tentunya dengan catatan Inter tersandung dengan paling tidak kalah sebanyak 4 kali. Kalaupun Inter tetap kokoh di puncak, zona Champions adalah hal yang lebih masuk akal bagi Milan.

Iya, melihat starting line up Milan, saya agak pesimis dengan hadirnya Maldini yang berduet dengan Kaladze. Memang ‘Papa’ Maldini punya segudang pengalaman dan sudah puluhan kali menjalani laga genting, tapi perlu diingat bahwa yang dihadapi adalah Inter, penghuni puncak klasemen yang secara mental lebih baik dengan selisih 8 poin dengan Milan sebelum laga. Terlebih, duet raksasa Inter –Ibra dan Adriano- terkenal kuat, punya kecepatan dan licin.

Memainkan Maldini berarti para gelandang, dalam hal ini Ambrosini atau Pirlo, harus terus membagi pikiran untuk juga melapis barisan belakang. Kiat pun bisa melihat betapa Kaladze sempat hilang konsentrasi saat menjaga dua bomber Inter itu. Peran yang lumayan bagus justru diperagakan oleh dua bek sayap Milan, Zambrotta dan Jankulovski. Alur serangan Milan banyak terbantu dengan daya jelajah dua pemain ini.

Jika kita melihat proses gol Pato, sebenarnya pertahanan Inter tidaklah terlalu istimewa. Permasalahan yang dihadapi Milan dini hari tadi adalah kurangnya kreasi ala gol Pato dalam setiap serangan. Milan juga dengan mudah kehilangan determinasi permainan. Beckam yang terkesan ingin berperan lebih, harus bersabar saat rekan-rekannya berlama-lama menahan bola walapun Milan sedang menekan lawan.

Ronaldinho bermain bagus. Namun tetap saja dia bukan Kaka. Dinho memang jeli melihat pergerakan Pato dan menusuk bola di celah sempit pertahanan lawan. Namun hanya sebatas itu saja. Berbeda dengan Kaka yang piawai membongkar benteng lawan dengan terus bergerak, menyisir lapangan,dan membuat manuver berbahaya, baik dengan atau tanpa bola. Yang kita saksikan, seolah peran Kaka itu ‘terpaksa’ dilakukan Pato beberapa kali.

Lawan Inter, Milan akhirnya bermain dengan pola 4-3-2-1. Jika Kaka bisa tampil, pasti Carleto berani memainkan pola 4-3-1-2. Dengan dua striker dan Kaka menjadi penyerang lubang, pertahanan Inter dipaksa lebih waspada. Tanpa Kaka, Carleto terpaksa memasang Dinho-Seedorf di belakang Pato yang berjuang sendirian di depan. Jelas ini keuntungan tersendiri buat Inter.

Tidak ada figur yang menakutkan bagi Inter di barisan Milan. Bukan Maldini, yang sudah 40 tahun umurnya. Juga bukan Ronaldinho yang punya kutikan maut. Bukan pula Pato, golden boy yang sedang getol-getolnya cetak gol. Hebatnya Pirlo pun kurang memberikan greget. Tapi melainkan sosok Kaka yang sangat disayangkan absen di partai syarat gengsi itu.

Tanpa Kaka, Milan ibarat kehilangan satu kaki. Tidak ada gebrakan dan pengaturan serangan yang lebih cantik. Milan jelas butuh sekali tenaga Kaka dalam pertandingan-pertandingan sisa musim ini. Semoga Pemain Terbaik Dunia 2007 itu bisa segera pulih dari cidera dan kembali menjadi andalan bagi Milan.

Tidak ada komentar:

Arsip Blog