Sabtu, 31 Januari 2009

Piala Dunia 2018 atau 2022 di Indonesia?

Piala Dunia 2018 atau 2022 di Indonesia?

Bukan PSSI namanya kalau tidak membuat berita atau sensasi. Kabar yang beredar luas di masyarakat sepakbola nasional adalah niat PSSI melakukan bidding (penawaran) ke FIFA untuk menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 atau 2022. Anda boleh percaya atau tidak. Tapi kenyataan memang begitu adanya.

Saya pribadi saat mendengar atau membaca kabar dahsyat (padahal baru mengajukan saja) cuma bisa tertawa kecil dan geleng-geleng kepala. Bukan karena tidak nasionalis atau pun tidak bangga Indonesia menjadi tuan rumah hajatan akbar sepakbola sejagat itu, tapi yang terlintas di kepala saya adalah pertanyaan,”PSSI sudah berhitung benar atau cuma nekat saja?”

Wajar saya berpikiran demikian. Piala Dunia bukanlah event sekelas Sea Games atau Asian Games. Bukan pula event ‘sekecil’ Piala Asia 2007, dimana Indonesia kerja bareng Malaysia, Thailand dan Vietnam. Itu pun menyisakan banyak evaluasi yang tidak pernah diangkat serius oleh petinggi olahraga kita. Mulai dari persoalan tiket, lapangan latihan, lampu SUGBK yang tiba-tiba padam, dan lain-lain. Kata ‘Sukses’ selalu didengung-dengungkan menjadi kesimpulan akhir atas penyelenggaraan turnamen yang dijuarai Irak itu.

Piala Dunia bukan sekedar memilki stadion berstandar internasional dan berkapasitas minimum 40 ribu tempat duduk. Teknologi canggih pendukung stadion juga harga mutlak untuk disediakan. Infrastruktur seperti transportasi, penginapan, makanan dan minuman, sarana umum, dan lain sebagainya. Semuanya harus perfect dan detail. Itu baru hardware-nya, belum lagi jika bicara soal software alias sumber daya manusia. Bukan soal kemampuan atau hard skill-nya tapi yang terpenting adalah profesionalisme-nya!

Tidak ada yang murah dan mudah untuk bisa menyulap semua kelengkapan itu dalam rentang waktu hingga 10 tahun ke depan. Memang jika ada dana ajaib, semuanya akan menjadi sangat mungkin. Apalagi didukung oleh good will pemerintah dalam hal perijinan, keamanan dan lobby-lobby tingkat tinggi. Namun sekali lagi, apakah dana dan dukungan politik sebagai kata kunci sudah masuk hitung-hitungan orang-orang nekat itu? Saya kok pesimis akan niat luhur PSSI itu.
Niat boleh digantung setinggi langit asal disertai kerja keras dan pemikiran yang realistis. Urusan mengatur diri sendiri saja masih berantakan. Apa yang bisa dikerjakan secara sempurna oleh PSSI untuk kompetisi nasional hingga sekarang? Semuanya kacau, tidak professional, tidak tegas, dan terkesan asal-asalan. Bagaimana kita mau mengatur perhelatan yang levelnya sudah bukan lagi takaran kampung?

Tapi gak salah juga kita turut berdoa agar niat itu bukan sekedar sensasi dan cari perhatian untuk tujuan tertentu. Karena jika memang kita menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 atau 2022, berarti akhirnya kita bisa ikutan bermain bersama tim-tim kelas dunia. Mungkin hanya dengan cara menjadi tuan rumah-lah, kita bisa ikut putaran final Piala Dunia.

Tidak ada komentar:

Arsip Blog