Sabtu, 31 Januari 2009

Jadi Fans Harus Punya Ponsel?

Jadi Fans Harus Punya Ponsel?

Elo Slanker? Buktiin!’. Itulah tag lane iklan operator selular yang masih tayang hingga kini di televisi. Iklan yang mengusung grup musik Slank sebagai model sekaligus product brand dagangan yang bersangkutan. Dengan membeli ponsel khusus Slank, maka pembeli bisa mendapat beraneka fitur seputar grup musik papan atas Indonesia itu.

Kita bisa melihat secara sederhana bahwa operator selular dan Slank telah melakukan kerjasama yang saling menguntungkan. Slank yang masih popular dan punya fans fanatik diharapkan bisa mendongkrak penjualan produk mereka. Sementara bagi Slank sendiri pastinya tampil sebagai ikon produk itu berarti memperoleh benefit yang berarti, baik materi maupun promosi gratis.

Sayangnya, mengapa tag line di atas harus ada? Memang yang namanya iklan harus efektif dan punya kekuatan untuk memastikan produk atau jasa yang ditawarkan akan dibeli. Yang dilakukan oleh produsen dengan tag line itu, pada akhirnya terkesan memaksa Slanker (fans dari Slank) untuk membeli produknya. Tag line itu secara tidak langsung menjadi sebuah langkah mobilisasi massal kepada penggemar Slank ‘mematuhi’ ajakan idolanya.

Bagaimana bagi yang tidak membeli tapi tetap nge-fans sama Slank? Apakah berarti mereka bukan Slanker sejati? Apakah ukuran seseorang bisa menjadi penggemar diukur oleh mau, mampu atau terpaksanya mereka membeli ponsel oleh idolanya? Ada nilai-nilai idealis yang dibenturkan dengan kepentingan kapitalisme. Kapitalisme yang berujung pada pengumpulan uang ternyata bisa saja mengalahkan sisi idealisme penggemar terhadap idolanya.

Produsen telah benar-benar mampu membaca dan memanfaatkan situasi. Menjadikan Slank sebagai model sekaligus ‘sales executive’ adalah langkah yang tepat. Namun sebenarnya tidak perlu dilakukan dengan secara vulgar. Kesan penegasan dalam iklan ini menggambarkan bahwa penggemar Slank yang fanatik bisa dirangkul.

Jika urusannya sudah fanatik, itu soal lain. Mungkin yang fanatik akan melakukan apa saja karena dasar kefanatikannya itu. Namun bagi mereka yang menjadi penggemar karena memang atas dasar suka semata akan musik, sosok dan pemikiran-pemikiran idolanya, tentunya akan lebih realistis, objektif dan cerdas untuk menentukan sikap.

Tidak ada komentar:

Arsip Blog