Meski Kalah, Salut Buat Pasukan Merah Putih
Akhirnya kita benar-benar gagal melenggang ke final AFF Suzuki Cup 2008. Sempat unggul 1-0 di babak pertama, namun akhirnya Thailand mampu membalikkan keadaan menjadi 2-1. Kita memang kembali kalah dari Thailand dengan agregat 1-3.
Namun jika menyaksikan jalannya pertandingan yang baru berakhir beberapa jam lalu itu, saya bangga dengan perjuangan anak-anak bangsa yang bermain dengan segala kekuatan yang dimilikinya.
Beberapa saat sebelum laga kedua babak semifinal antara Thailand versus Indonesia digelar, tentunya kita sebagai bangsa Indonesia mengharapkan Pasukan Merah Putih tampil luar biasa untuk bisa mengalahkan tuan rumah. Kita harus melupakan permainan buruk saat di Jakarta.
Benar saja. Melihat starting line up yang disusun Benny Dollo, saya yakin kita bisa menyulitkan Thailand. Kaget juga ternyata Bendol mengubah formasi, komposisi dan juga strategi. Formasi 4-4-2 yang selama ini kurang mumpuni dirubah menjadi 3-5-2.
Ada Muhammad Robby, Charis Yulianto, Nova Arianto yang sejajar di belakang. Kita pun menumpuk 3 pemain petarung di tengah (Firman Utina, Ponaryo Astaman, Syamsul Bachri). Sementara T.A Mushafry yang menggantikan Bambang Pamungkas yang tidak fit dan tidak bisa main 90 menit, menjadi duet Budi Sudarsono di lini depan.
Strategi bermain tertutup dan mengandalkan serangan balik pun jitu diterapkan. Thailand terlihat kurang begitu menyukai gaya permainan Indonesia yang seakan tidak mau menang. Sepanjang 45 menit pertama, kita bermain bertahan rapat dan tidak berlama-lama dengan bola. Anak-anak asuh Om Benny pun lebih enjoy dan lepas dibanding saat main di Jakarta. Markus Horison Cs juga terlihat lebih berani ‘berkelahi.
Jika kita bermain seperti ini saat leg pertama, tentu ceritanya akan lain.
Thailand dibuat frustasi dengan ‘kejutan’ permainan kita. Apalagi saat mereka harus kebobolan menit ke-9, mereka terlihat sempat down. Bisa jadi lantaran pecahnya rekor tak kebobolan Thailand sepanjang 4 partai sebelumnya di turnamen kali ini. Babak pertama bisa dilewati dengan kemenangan 1-0.
Setelah dibombardir habis-habisan, akhirnya kita pun kehabisan tenaga juga. Penampilan gemilang Markus Horison di bawah mistar harus tertutupi dengan bersarangnya 2 gol Thailand akibat mulai keroposnya tembok pertahanan kita.
Seandainya kita bisa mempertahankan keunggulan pun, saya pesimis kita bisa melewati babak perpanjangan waktu. Kelelahan dan mulai menurunkan konsentrasi menjadi celah bagi Teerathep Winothai Cs untuk mematikan kita. Seakan mereka tinggal menunggu waktu saja.
Karena telah berjuang dengan penuh semangat, saya berikan tepuk tangan salut buat pasukan merah putih. Kita telah memberikan kesulitan dan pelajaran yang berarti buat Thailand yang difavoritkan menjadi juara.
Akhirnya kita benar-benar gagal melenggang ke final AFF Suzuki Cup 2008. Sempat unggul 1-0 di babak pertama, namun akhirnya Thailand mampu membalikkan keadaan menjadi 2-1. Kita memang kembali kalah dari Thailand dengan agregat 1-3.
Namun jika menyaksikan jalannya pertandingan yang baru berakhir beberapa jam lalu itu, saya bangga dengan perjuangan anak-anak bangsa yang bermain dengan segala kekuatan yang dimilikinya.
Beberapa saat sebelum laga kedua babak semifinal antara Thailand versus Indonesia digelar, tentunya kita sebagai bangsa Indonesia mengharapkan Pasukan Merah Putih tampil luar biasa untuk bisa mengalahkan tuan rumah. Kita harus melupakan permainan buruk saat di Jakarta.
Benar saja. Melihat starting line up yang disusun Benny Dollo, saya yakin kita bisa menyulitkan Thailand. Kaget juga ternyata Bendol mengubah formasi, komposisi dan juga strategi. Formasi 4-4-2 yang selama ini kurang mumpuni dirubah menjadi 3-5-2.
Ada Muhammad Robby, Charis Yulianto, Nova Arianto yang sejajar di belakang. Kita pun menumpuk 3 pemain petarung di tengah (Firman Utina, Ponaryo Astaman, Syamsul Bachri). Sementara T.A Mushafry yang menggantikan Bambang Pamungkas yang tidak fit dan tidak bisa main 90 menit, menjadi duet Budi Sudarsono di lini depan.
Strategi bermain tertutup dan mengandalkan serangan balik pun jitu diterapkan. Thailand terlihat kurang begitu menyukai gaya permainan Indonesia yang seakan tidak mau menang. Sepanjang 45 menit pertama, kita bermain bertahan rapat dan tidak berlama-lama dengan bola. Anak-anak asuh Om Benny pun lebih enjoy dan lepas dibanding saat main di Jakarta. Markus Horison Cs juga terlihat lebih berani ‘berkelahi.
Jika kita bermain seperti ini saat leg pertama, tentu ceritanya akan lain.
Thailand dibuat frustasi dengan ‘kejutan’ permainan kita. Apalagi saat mereka harus kebobolan menit ke-9, mereka terlihat sempat down. Bisa jadi lantaran pecahnya rekor tak kebobolan Thailand sepanjang 4 partai sebelumnya di turnamen kali ini. Babak pertama bisa dilewati dengan kemenangan 1-0.
Setelah dibombardir habis-habisan, akhirnya kita pun kehabisan tenaga juga. Penampilan gemilang Markus Horison di bawah mistar harus tertutupi dengan bersarangnya 2 gol Thailand akibat mulai keroposnya tembok pertahanan kita.
Seandainya kita bisa mempertahankan keunggulan pun, saya pesimis kita bisa melewati babak perpanjangan waktu. Kelelahan dan mulai menurunkan konsentrasi menjadi celah bagi Teerathep Winothai Cs untuk mematikan kita. Seakan mereka tinggal menunggu waktu saja.
Karena telah berjuang dengan penuh semangat, saya berikan tepuk tangan salut buat pasukan merah putih. Kita telah memberikan kesulitan dan pelajaran yang berarti buat Thailand yang difavoritkan menjadi juara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar