Jumat, 21 November 2008

Iklan Politik PKS; Hanya Monuver Politik Semata

Iklan Politik PKS; Hanya Monuver Politik Semata

Hingga awal pekan ini, iklan politik versi televisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ramai menjadi perbincangan banyak kalangan. Iklan politik berdurasi 15 detik itu menayangkan beberapa gambar tokoh yang dijadikan guru bangsa seperti; Soekarno, Hatta, KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Ashary. Yang menjadi fokus kontroversi dari iklan itu sebenarnya adalah secara terbuka PKS memberikan pengakuan kepada Alm. Presiden Soeharto sebagai salah satu guru bangsa.

Sejak semula sejak meninggalnya Soeharto, wacana menjadikan Soeharto sebagai pahlawan memang sudah ada. Yang paling gencar mempelopori sudah pasti Partai Golkar. Langkah PKS dengan iklan politiknya ditafsirkan oleh banyak pihak sebagai usaha PKS menjadikan Soeharto sebagai tokoh bangsa yang sejajar dengan pahlawan nasional kita.

Dengan dalih sebagai upaya untuk rekonsiliasi, penempatan Soeharto dalam ikaln itu diyakini dapat membuat bangsa ini saling berjabat tangan dan kembali bersatu untuk tujuan bersama. PKS pun sempat mengumpulkan beberapa orang tokoh yang punya kaitan dengan para guru bangsa versi PKS di sebuah acara di Jakarta minggu ini. Namun jika dicermati, niat PKS menjadikan iklan politik itu sebagai langkah rekonsiliasi patut dipertanyakan. Beberapa poin yang bisa diangkat di sini antara lain;
1. Langkah rekonsiliasi yang dilakukan oleh sebuah partai politik jelang pemilu 2009 bukan tidak mungkin tanpa pretensi tertentu. Kemana saja PKS selama ini dalam konteks rekonsiliasi? Di satu sisi menggiring publik dalam wacana rekonsiliasi, namun di sisi lain berusaha tegas terhadap salah satu elemen rekonsiliasi itu. Fakta sebenarnya berbicara bahwa PKS adalah salah satu partai yang lantang menyerukan penyelesaian kasus hukum Soeharto dan kroni-kroninya.
2. Jika memang berniat sebagai pelopor rekonsiliasi secara menyeluruh, seharusnya PKS juga menyertakan tokoh-tokoh nasional lainnya yang juga berjasa sebagai guru bangsa. Sebut saja Ki Hajar Dewantara, Sjahrir, KH Agus Salim dan lain sebagainya. Bahkan yang lebih ekstrim, mereka pun harus dengan tegas menyebut DN Aidit dan tokoh PKI lainnya yang juga menjadi bagian sejarah republik. Kesan yang ditangkap bisa saja PKS hanya berbasa-basi saja dalam iklan politik itu.
Saya pikir PKS sedang melakukan perjudian besar. Manuver politik yang dilakukan sebenarnya untuk mendulang suara dari kalangan di luar massa tetap PKS,yakni masyarakat Islam kota. Dengan memberikan mengakui tokoh-tokoh sumber basis ideologi kekuatan politik tertentu, diharapkan tabungan citra baik PKS semakin menggunung. PKS mencoba mengambil simpati dari para pendukung tradisional guru bangsa itu. Jika tujuannya untuk mencuri dan akhirnya menjadi pusat perhatian, strategi ini sudah menuai hasil.
Namun ini bisa jadi blunder bagi PKS sendiri. PKS yang punya track record baik dalam konteks kekuatan massa dan trend yang bagus dalam perolehan suara dalam pemilu, akan menuai konflik kencang baik secara internal maupun eksternal partai. Para pemilih terdidik (bahkan yang tidak terdidik sekalipun) akan melihat bahwa PKS mencoba menggunakan segala cara untuk mendongkrak suara.
Memang apapun yang dilakukan oleh partai politik, terlebih pemilu tinggal 5 bulan lagi, pastinya tidak ada yang murni untuk kepentingan nasional. Semuanya harus bermuara pada kepentingan partai dan juga tokoh mereka. Ini wajar, jika dikembalikan kepada peran partai politik sebagai peserta pemilu.

Tidak ada komentar:

Arsip Blog