Bukan Soal UU Pornografi
Di tengah maraknya pro kontra soal RUU Pornografi, akhirnya rancangan undang-undang itu pun disahkan oleh DPR, Kamis (30 Nov 08) kemarin. Yang pro sepertinya lega setelah menunggu sekian lama proses tarik ulur perangkat hukum yang mengatur persoalan syahwat itu. Sementara yang kontra pun seperti diduga akhinya ada yang menempuh usaha judicial review.
Saya tidak ingin terjebak untuk memihak ataupun menolak UU Pornografi itu. Karena masalah pornografi pada akhirnya bisa dikatakan relative dan subjektif, maka dari itu bagi saya yang terpenting adalah bagaimana kita bisa bersikap dan berperilaku untuk mendekati hal-hal yang berbau pornografi. Sederhananya, lebih baik mencegah daripada mengobati.
Yang menarik dan paling segar bagi saya paling tidak adalah fenomena pernyataan para artis yang melihat masalah ini dan juga nasib anak-anak kita di masa depan. Kemarin pagi saya melihat infotainment dimana para artis yang bekerja di wilayah pamer aurat memberikan pernyataan. Dari semua artis yang menentang UU ini, tidak satupun memang yang berbusana muslim (bagi yang muslimah). Atau paling tidak rapi dan biasa saja.
Maksud rapi dan berbusana adalah dengan sopan tapi elegan. Tidak perlu menonjolkan lekukan tubuh, tapi tetap anggun. Bahkan dua artis yang memang nyata-nyata mengumbar sumber pikiran syahwat, menyatakan menantang dan tidak takut akan UU tersebut dan tetap akan menjalani kebiasaan seperti yang sudah-sudah.
Saya hanya prihatin dengan apa yang terjadi sekarang ini dengan begitu derasnya arus informasi yang tidak mengenal ruang dan waktu. Media massa demikian cepat mentrasfer informasi apa saja yang dapat diterima siapa saja. Anak-anak kita, generasi masa depan, pun tidak luput dari hantaman informasi bebas itu.
Mengapa para artis yang suka pamer aurat itu hanya mementingkan diri sendiri? Apakah mereka tidak tahu atau pura-pura tidak tahu kalau ulah mereka disaksikan oleh anak-anak? Apa jadinya anak-anak kita jika melihat pemandangan yang semestinya bukan komsumsi mereka?
Hanya hati yang bisa bicara dalam hal ini. Mungkin pikiran bisa bermacam-macam penafsiranya. Namun jika hati sudah berperan, tentunya kita semua bisa mengambil pilihan yang bijak. Bagi yang beragama Islam tentunya harus bisa melihat bahwa memang seharusnya kita menjaga anak-anak kita untuk berakhlak baik dengan tata cara yang Islami.
Dengan itu saja setidaknya yang bisa dilakukan jika memang kita menolak pornografi yang sudah berada di sekiling kita. Jika anda tidak setuju pornografi, mulailah dengan bersikap dan berperilaku yang mencerminkan kalau anda berada di sisi yang kontra terhadapnya. Semua berpulang pada diri kita masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar