Membuang Sampah (Kecil) Pada Tempatnya Adalah Hal Yang Sederhana
Baru saja saya pulang dari Mal Kelapa Gading, di bilangan Jakarta Utara. Sewaktu turun, dari lantai 1, saya melihat seorang ibu yang buang tisu sembarangan di lantai. Herannya, ibu itu melakukan dengan tidak ada beban sama sekali. Seperti melakukan sesuatu yang biasa saja. Beberapa detik setelah ibu itu berlalu, seorang petugas keamanan mal yang kebetulan lewat, langsung mengambil tisu 'buangan' ibu kaya tadi dan membuangnya di tong sampah tidak jauh dari tempat kejadian.
Saya yang masih berada di tangga jalan hanya bisa geleng-geleng kepala sekaligus geram. Kok bisa ya orang berpakaian bagus tapi kelakuannya berbanding terbalik? Apa susahnya sih membuang sampah tisu pada tempatnya? Ingin rasanya saya mengambil tisu tersebut dan memberikan kembali ke ibu tadi.
Sebenarnya pernah pula saya melihat seorang berdasi yang berada di sebuah mobil mewah membuang sampah sembarangan lewat kaca jendela. Atas kejadian tadi itu, saya langsung membuat kesimpulan ngawur dan singkat. Ternyata penampilan dan status orang tidak memiliki arti tertentu terhadap perilaku sederhana yang baik.
Iya, perilaku sederhana. Bagi saya yang namanya buang sampah pada tempatnya adalah perilaku sederhana. Apalagi jika kita berada di tempat atau daerah yang jelas-jelas menyediakan banyak akses dan fasilitas pembuangan sampah. Bahkan jika memang tidak memungkinkan untuk segera membuang sampah, bisa saja sampah tersebut disimpan dulu sampai nanti akhirnya bisa dibuang kemudian.
Saya bukanlah pencetus dan aktifis gerakan peduli lingkungan. Saya pun tidak memiliki gagasan hebat tentang bagaimana kita menjaga dan mengubah lingkungan hidup menjadi lebih baik. Namun yang saya tahu pasti adalah bagaimana kita memulai sebuah langkah kecil yang dimulai dari diri kita sendiri. Sebuah kebiasaan yang namanya buang sampah pada tempatnya.
Kelihatan simple dan akhirnya disepelekan. Banyak orang berpendidikan sekalipun pernah bilang bahwa nantinya sampah yang berserakan akan dibersikan juga oleh yang bertugas. Mereka yang punya kebiasaan buruk ini tidak pernah berpikir bahwa lebih baik kita semua punya tanggung jawab untuk menjaga lingkungan.
Saya juga bukan orang yang percaya dengan penerapan sanksi yang keras atas masalah ini di negeri ini. Mau meniru Singapura? Kok saya pesimis yach. Paling-paling hanya sebatas shock theraphy saja nantinya. Yang perlu dilakukan adalah kombinasi diantara sosialisasi yang menarik dan membumi serta penerapan sanksi yang mendidik seperti membersihkan sampah di sekitar lokasi kejadian. Tentunya mekanisme ini tidak pandang bulu. Mau eksekutif muda, mahasiswa, militer, pejabat publik, wanita, siapapun punya tanggung jawab yang sama.
Mulailah dari hal yang kecil, sederhana dan dari kita sendiri untuk bisa menjadikan lingkungan yang bersih. Buang sampah pada tempatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar