Persija Menjawab Lantang
Kembalinya Persija bermain di SUGBK dalam laga kandang kontra PSIS semalam (7 September 2008), memang memberi arti tersendiri. Setelah 3 pertandingan kandang sebelumnya tidak mendapat ijin, bermain di depan publik sendiri pastinya membawa beban yang tidak ringan. Tuntutan untuk menang dan bermain bagus menjadi harga yang harus dibayar setelah tiket perijinan menjadi barang mewah yang nilainya sangat tinggi.
Terlepas dari isu-isu di luar lapangan seputar limbungnya dapur PSIS, laga dua tim eks Perserikatan itu bisa memberikan hiburan bagi warga sepakbola Jakarta yang rindu akan pertandingan sepakbola pentas nasional. Sesuai janji Danurwindo, sang pelatih, anak-anak Jakarta bermain dengan pola menyerang dan menekan tiada henti.
Tanpa Abanda Herman, Leonard yang menggantikannya, dapat bermain baik seperti saat dirinya menjadi starter di duel Persija-Persitara dua bulan silam. Duetnya dengan Pierre Njanka sangat padu. Sementara dua wingback, Leo Saputra dan Ismed Sofyan bermain dingin seperti biasa. Serangan Persija yang digalang Robertino-Ilham-Greg mampu membuat Bambang Nurdiansyah melakukan 2 kali pergantian di babak pertama.
Persija harus menunggu 1 jam lebih lamanya untuk menjebol gawang Agus Murod yang tampil gemilang dengan sokongan pertahanan yang kuat. Bermain dengan mayoritas pemain muda dan minim pengalaman, akhirnya benteng Semarang jebol juga. Kredit layak diberikan buat Punaryo Astaman yang menciptakan skema terciptanya gol pertama Persija lewat Bambang Pamungkas.
Gol pembuka ini sepertinya meruntuhkan mental Edson Cs. Momen tidak disia-siakan oleh Macan Kemayoran. Ibarat bermain teka-teki, password sudah dapat dipecahkan, kelanjutannya tinggal meneruskan. Empat gol tambahan pun seakan tercipat dengan mudahnya. Anak-anak Jakarta sangat menikmati pesta gol.
Tidak ada yang istimewa dengan penampilan Persija semalam. Persija main seperti biasa, dengan pola dan gaya yang sama di musim ini bersama Danurwindo. Gaya bermain menyerang dan penuh tekanan ala Persija sangat mungkin dilakukan mengingat mereka memang punya materi bintang dan komposisi yang tepat pada posisinya. Gaya dan pola permainan inilah yang tidak dimiliki PSIS.
Karakter determinan dan hadirnya figur-figur sentral membuat Persija sangat layak keluar sebagai pemenang. Lihat saja Pierre Njanka dengan segudang pengalaman kelas dunia. Punaryo di lini jangkar yang posisinya di timnas tak tergoyahkan. Robertino yang punya kreasi dan teknik permainan yang tinggi. Serta daya jelajah 2 winger mereka yang kuat dan cepat, Ilham dan Greg. Soal lini depan, duet Bepe dan Aliyudin masih yang terbaik untuk kelas duet lokal di Indonesia .
Materi bagus, pelatih bagus dan tentunya atmosfir yang mendukung tentunya adalah rumus baku kesuksesan sebuah tim. Itu semua dimiliki tim ibukota. Tidak heran jika Persija menjawab lantang tuntutan masyarakat sepakbola Jakarta, 5-0!
Kembalinya Persija bermain di SUGBK dalam laga kandang kontra PSIS semalam (7 September 2008), memang memberi arti tersendiri. Setelah 3 pertandingan kandang sebelumnya tidak mendapat ijin, bermain di depan publik sendiri pastinya membawa beban yang tidak ringan. Tuntutan untuk menang dan bermain bagus menjadi harga yang harus dibayar setelah tiket perijinan menjadi barang mewah yang nilainya sangat tinggi.
Terlepas dari isu-isu di luar lapangan seputar limbungnya dapur PSIS, laga dua tim eks Perserikatan itu bisa memberikan hiburan bagi warga sepakbola Jakarta yang rindu akan pertandingan sepakbola pentas nasional. Sesuai janji Danurwindo, sang pelatih, anak-anak Jakarta bermain dengan pola menyerang dan menekan tiada henti.
Tanpa Abanda Herman, Leonard yang menggantikannya, dapat bermain baik seperti saat dirinya menjadi starter di duel Persija-Persitara dua bulan silam. Duetnya dengan Pierre Njanka sangat padu. Sementara dua wingback, Leo Saputra dan Ismed Sofyan bermain dingin seperti biasa. Serangan Persija yang digalang Robertino-Ilham-Greg mampu membuat Bambang Nurdiansyah melakukan 2 kali pergantian di babak pertama.
Persija harus menunggu 1 jam lebih lamanya untuk menjebol gawang Agus Murod yang tampil gemilang dengan sokongan pertahanan yang kuat. Bermain dengan mayoritas pemain muda dan minim pengalaman, akhirnya benteng Semarang jebol juga. Kredit layak diberikan buat Punaryo Astaman yang menciptakan skema terciptanya gol pertama Persija lewat Bambang Pamungkas.
Gol pembuka ini sepertinya meruntuhkan mental Edson Cs. Momen tidak disia-siakan oleh Macan Kemayoran. Ibarat bermain teka-teki, password sudah dapat dipecahkan, kelanjutannya tinggal meneruskan. Empat gol tambahan pun seakan tercipat dengan mudahnya. Anak-anak Jakarta sangat menikmati pesta gol.
Tidak ada yang istimewa dengan penampilan Persija semalam. Persija main seperti biasa, dengan pola dan gaya yang sama di musim ini bersama Danurwindo. Gaya bermain menyerang dan penuh tekanan ala Persija sangat mungkin dilakukan mengingat mereka memang punya materi bintang dan komposisi yang tepat pada posisinya. Gaya dan pola permainan inilah yang tidak dimiliki PSIS.
Karakter determinan dan hadirnya figur-figur sentral membuat Persija sangat layak keluar sebagai pemenang. Lihat saja Pierre Njanka dengan segudang pengalaman kelas dunia. Punaryo di lini jangkar yang posisinya di timnas tak tergoyahkan. Robertino yang punya kreasi dan teknik permainan yang tinggi. Serta daya jelajah 2 winger mereka yang kuat dan cepat, Ilham dan Greg. Soal lini depan, duet Bepe dan Aliyudin masih yang terbaik untuk kelas duet lokal di Indonesia .
Materi bagus, pelatih bagus dan tentunya atmosfir yang mendukung tentunya adalah rumus baku kesuksesan sebuah tim. Itu semua dimiliki tim ibukota. Tidak heran jika Persija menjawab lantang tuntutan masyarakat sepakbola Jakarta, 5-0!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar