Milan Belum Sempurna
Milan memulai jalan panjang kompetisi Seri A 2008/09 dengan hasil yang tentunya mengecewakan. Rossoneri dipermalukan Bologna 1-2 di hadapan ribuan tifosi di San Siro yang mengharapkan ‘Milan Baru’ bisa menang dengan meyakinkan. Bukan hanya bicara hasil, secara proses pun anak-anak Milan tidak menunjukkan gengsi sebuah tim besar.
Bisa dimaklumi jika dikatakan memang masih terlalu pagi untuk mengukur kekuatan Milan. Barisan Milan di berbagai lini yang diperkuat oleh bintang dan tenaga baru masih belum cukup untuk mengangkat keterpurukan Milan di musim lalu.
Shevchenko dan Ronaldinho di lini depan, Flamini di sektor tengah, Sanderos (tidak bermain) dan Zambrota di pertahanan dan Abiati di bawah mistar, hanya menjadi sekedar nama-nama yang belum memberikan jaminan jika kita menyaksikan laga itu.
Faktor yang mencolok buruknya penampilan Milan adalah belum padunya organisasi dan determinasi permainan. Pirlo-Ambrosini-Flamini belum bisa mengembangkan permainan yang apik dan menjadikan lini tengah sebagai lini yang punya peran strategis. Kurang ada usaha lebih kreatif untuk membongkar pertahanan Bologna. Meski Ronaldinho dan Seedorf sudah bekerja keras memutar otak dan mengeluarkan aksi spektakuler, tetap saja Sheva dan Pippo hanya bisa gigit jari karena tumpulnya senjata mereka.
Gaya permainan lawan juga menjadi penyebab kegagalan Milan meraup tiga poin pertama. Bologna bermain ultra bertahan dan efektif melakukan serangan balik. Ini yang menjadi masalah bagi Milan. Menghadapi lawan seperti ini, justru Milan bisa dibuat frustasi. Seandainya saja di partai pembuka ini Milan memainkannya di tandang dan menghadapi musuh yang bermain terbuka dan bernafsu menumbangkan Milan, bisa jadi ceritanya akan lain.
Absennya Kaka dan Gattuso juga punya andil terhadap malapetaka ini. Sudah belum padu, ditambah tidak adanya figur piawai yang bisa menambah daya gedor serangan. Milan terpengaruh irama permainan dan tidak bisa memegang kendali permainan. Kaka adalah pilihan yang tepat untuk melengkapi fungsi kontrol permainan Milan dalam laga seperti ini.
Saya masih heran mengapa manajemen masih mempertahankan Ancelotti, di kursi pelatih. Strategi yang diterapkan Carletto jelas tidak berpengaruh besar terhadap permainan Milan. Musim lalu, Carletto sering salah strategi dan memaksakan komposisi pasukannya. Maldini yang dipaksakan bermain juga membuat tanda tanya besar.
Adapun faktor lain yang bisa dilihat adalah kesan bermain dengan beban. Tuntutan harus menang di laga awal kandang dan sejuta harapan Milanisti akan bintang-bintang baru Milan memang punya beban tersendiri.
Milan belum sempurna dan kompetisi juga belum panas. Permainan Milan memang belum menemukan bentuk terbaik. Komposisi pemain yang baru dan lama dalam satu tim besar jelas membutuhkan adaptasi. Tentunya tidak mudah dan butuh waktu untuk bisa bermain bersama jika terlebih materi yang ada adalah materi bintang. Milan yang sempurna adalah terciptanya komposisi pemain yang pas dan lengkap. Itu baru terjadi beberapa pekan ke dpean.
Milan memulai jalan panjang kompetisi Seri A 2008/09 dengan hasil yang tentunya mengecewakan. Rossoneri dipermalukan Bologna 1-2 di hadapan ribuan tifosi di San Siro yang mengharapkan ‘Milan Baru’ bisa menang dengan meyakinkan. Bukan hanya bicara hasil, secara proses pun anak-anak Milan tidak menunjukkan gengsi sebuah tim besar.
Bisa dimaklumi jika dikatakan memang masih terlalu pagi untuk mengukur kekuatan Milan. Barisan Milan di berbagai lini yang diperkuat oleh bintang dan tenaga baru masih belum cukup untuk mengangkat keterpurukan Milan di musim lalu.
Shevchenko dan Ronaldinho di lini depan, Flamini di sektor tengah, Sanderos (tidak bermain) dan Zambrota di pertahanan dan Abiati di bawah mistar, hanya menjadi sekedar nama-nama yang belum memberikan jaminan jika kita menyaksikan laga itu.
Faktor yang mencolok buruknya penampilan Milan adalah belum padunya organisasi dan determinasi permainan. Pirlo-Ambrosini-Flamini belum bisa mengembangkan permainan yang apik dan menjadikan lini tengah sebagai lini yang punya peran strategis. Kurang ada usaha lebih kreatif untuk membongkar pertahanan Bologna. Meski Ronaldinho dan Seedorf sudah bekerja keras memutar otak dan mengeluarkan aksi spektakuler, tetap saja Sheva dan Pippo hanya bisa gigit jari karena tumpulnya senjata mereka.
Gaya permainan lawan juga menjadi penyebab kegagalan Milan meraup tiga poin pertama. Bologna bermain ultra bertahan dan efektif melakukan serangan balik. Ini yang menjadi masalah bagi Milan. Menghadapi lawan seperti ini, justru Milan bisa dibuat frustasi. Seandainya saja di partai pembuka ini Milan memainkannya di tandang dan menghadapi musuh yang bermain terbuka dan bernafsu menumbangkan Milan, bisa jadi ceritanya akan lain.
Absennya Kaka dan Gattuso juga punya andil terhadap malapetaka ini. Sudah belum padu, ditambah tidak adanya figur piawai yang bisa menambah daya gedor serangan. Milan terpengaruh irama permainan dan tidak bisa memegang kendali permainan. Kaka adalah pilihan yang tepat untuk melengkapi fungsi kontrol permainan Milan dalam laga seperti ini.
Saya masih heran mengapa manajemen masih mempertahankan Ancelotti, di kursi pelatih. Strategi yang diterapkan Carletto jelas tidak berpengaruh besar terhadap permainan Milan. Musim lalu, Carletto sering salah strategi dan memaksakan komposisi pasukannya. Maldini yang dipaksakan bermain juga membuat tanda tanya besar.
Adapun faktor lain yang bisa dilihat adalah kesan bermain dengan beban. Tuntutan harus menang di laga awal kandang dan sejuta harapan Milanisti akan bintang-bintang baru Milan memang punya beban tersendiri.
Milan belum sempurna dan kompetisi juga belum panas. Permainan Milan memang belum menemukan bentuk terbaik. Komposisi pemain yang baru dan lama dalam satu tim besar jelas membutuhkan adaptasi. Tentunya tidak mudah dan butuh waktu untuk bisa bermain bersama jika terlebih materi yang ada adalah materi bintang. Milan yang sempurna adalah terciptanya komposisi pemain yang pas dan lengkap. Itu baru terjadi beberapa pekan ke dpean.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar