No Matter Win, Draw, or Lose. Just Enjoy The Game!
Setelah hampir 3 bulan, akhirnya saya kembali bermain bola di Alumni Soccer Club (ASC) UI, Sabtu 9 Agustus 2008 di Lebak Bulus. Tujuannya sederhana; mau berolahraga dan silahturahmi. Yang hadir banyak juga, hampir 30 orang. Untuk itu, setiap babak, terjadi pergantian semua pemain, selain kiper.
Tidak ada yang banyak berubah dari budaya sepakbola ASC UI. Tim adalah kombinasi alumni tua- muda dan banyak yang mengatur. Karena memang bukan pemain bola serius, kami pun kalah 0-2 dari lawan. Bukan karena kesalahan siapa-siapa. Kami memang kalah saja.
Di milis ASC UI hari ini saya membaca beberapa komentar alumni yang mengusulkan beberapa strategi agar ASC UI bisa menang dalam setiap pertandingan. Kesan yang tangkap dari usulan taktik tersebut seolah-olah ASC UI adalah sebuah klub sepakbola yang semua pemainnya bisa bermain bola.
Usulan-usulan seperti ini sudah sering terlontar baik secara lisan maupun tulisan sejak lama. Saya bukannya pesimis tapi seharusnya kita semua realistis dengan kemampuan yang kita miliki.
Bicara ASC UI berarti bicara komunitas sepakbola untuk olahraga dan silahturahmi, bukan prestasi. Hal ini jelas karena alumni UI anggota ASC UI bukanlah pemain sepakbola yang pro. Kalaupun ada yang memang menekuni, itu hanya segelintir saja. Mayoritas anggota ASC UI adalah orang yang hobby bermain sepakbola semata.
Menurut saya, untuk konteks ASC UI, pemikiran untuk menang dalam setiap pertandingansebenarnya sah-sah saja. Asalkan tidak memaksakan diri. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa bermain enak dulu saja. Persoalan menang, seri atau kalah itu belakangan.
Banyak anggota ASC UI, terutama yang sudah tua, tidak sadar akan kemampuannya. Jangankan bermain bola yang benar dan baik, mengontrol dan menendang kulit bundar saja belum bisa. Tapi lagaknya seperti yang paling tahu sepakbola. Terlalu banyak bicara juga tidak bagus, yang dibutuhkan bermain bola yang benar. Ironis sekali.
Harus diakui, alumni muda sering menjadi penopang utama permainan sekaligus bisa dijadikan tumbal kesalahan dari kekalahan tim. Saat bermain baik, alumni muda sering dipuji namun jika membuat blunder sedikit saja, sudah seperti orang bersalah nomor satu di tim. Alumni tua sendiri sering blunder dan melakukan kesalahan elementer. Padahal seharusnya kita semua sadar dan bercermin dengan kemampuan kita yang terbatas.
Bagi saya, menang tapi tidak enak dalam bermain tidak punya arti apa-apa. Bukan kemenangan semata yang menjadi tujuan. Tapi bagaimana kita bisa main sepakbola dengan baik dan benar, enak, dan tidak terlalu banyak orang yang mengatur. Apalagi sudah salah, tidak mau dikritik cuma gara-gara sudah tua saja. Semua orang harus berani sportif dan berlapang dada dengan keadaan ASC UI.
Setelah hampir 3 bulan, akhirnya saya kembali bermain bola di Alumni Soccer Club (ASC) UI, Sabtu 9 Agustus 2008 di Lebak Bulus. Tujuannya sederhana; mau berolahraga dan silahturahmi. Yang hadir banyak juga, hampir 30 orang. Untuk itu, setiap babak, terjadi pergantian semua pemain, selain kiper.
Tidak ada yang banyak berubah dari budaya sepakbola ASC UI. Tim adalah kombinasi alumni tua- muda dan banyak yang mengatur. Karena memang bukan pemain bola serius, kami pun kalah 0-2 dari lawan. Bukan karena kesalahan siapa-siapa. Kami memang kalah saja.
Di milis ASC UI hari ini saya membaca beberapa komentar alumni yang mengusulkan beberapa strategi agar ASC UI bisa menang dalam setiap pertandingan. Kesan yang tangkap dari usulan taktik tersebut seolah-olah ASC UI adalah sebuah klub sepakbola yang semua pemainnya bisa bermain bola.
Usulan-usulan seperti ini sudah sering terlontar baik secara lisan maupun tulisan sejak lama. Saya bukannya pesimis tapi seharusnya kita semua realistis dengan kemampuan yang kita miliki.
Bicara ASC UI berarti bicara komunitas sepakbola untuk olahraga dan silahturahmi, bukan prestasi. Hal ini jelas karena alumni UI anggota ASC UI bukanlah pemain sepakbola yang pro. Kalaupun ada yang memang menekuni, itu hanya segelintir saja. Mayoritas anggota ASC UI adalah orang yang hobby bermain sepakbola semata.
Menurut saya, untuk konteks ASC UI, pemikiran untuk menang dalam setiap pertandingansebenarnya sah-sah saja. Asalkan tidak memaksakan diri. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa bermain enak dulu saja. Persoalan menang, seri atau kalah itu belakangan.
Banyak anggota ASC UI, terutama yang sudah tua, tidak sadar akan kemampuannya. Jangankan bermain bola yang benar dan baik, mengontrol dan menendang kulit bundar saja belum bisa. Tapi lagaknya seperti yang paling tahu sepakbola. Terlalu banyak bicara juga tidak bagus, yang dibutuhkan bermain bola yang benar. Ironis sekali.
Harus diakui, alumni muda sering menjadi penopang utama permainan sekaligus bisa dijadikan tumbal kesalahan dari kekalahan tim. Saat bermain baik, alumni muda sering dipuji namun jika membuat blunder sedikit saja, sudah seperti orang bersalah nomor satu di tim. Alumni tua sendiri sering blunder dan melakukan kesalahan elementer. Padahal seharusnya kita semua sadar dan bercermin dengan kemampuan kita yang terbatas.
Bagi saya, menang tapi tidak enak dalam bermain tidak punya arti apa-apa. Bukan kemenangan semata yang menjadi tujuan. Tapi bagaimana kita bisa main sepakbola dengan baik dan benar, enak, dan tidak terlalu banyak orang yang mengatur. Apalagi sudah salah, tidak mau dikritik cuma gara-gara sudah tua saja. Semua orang harus berani sportif dan berlapang dada dengan keadaan ASC UI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar