Jelang semifinal Euro 2008.
Perhelatan Euro 2008 tinggal menyisakan tim-tim yang suka atau tidak suka secara fakta paling layak berada dalam fantastic four 2008. Jerman yang langganan turnamen kembali berada di habitatnya setelah 12 tahun tidak sedikit pun mencicipi babak semifinal. Tim anak bawang, Turki akan menjadi lawan Die Panser nanti juga menorehkan sejarah dengan merengsek masuk ke zona paling bergengsi bagi mereka sejak ikut Euro pertama kali tahun 96.
Sementara Spanyol yang sukses menekuk Juara Dunia, Italia lewat drama adu pinalti di perempatfinal akan menghadapi Rusia yang sedang mendidih untuk balas dendam atas kekalahan 1-4 di fase grup. Masyarakat sepakbola Spanyol harus menunggu 24 tahun untuk bisa kembali masuk 4 besar.
Sama seperti Turki, Rusia pun mencatat sejarah dengan berhasil masuk empat besar sekaligus memukul kandidat kuat jawara Euro 2008, Belanda,3-1.Apakah dengan tampilnya Turki dan Rusia di semifinal membuat gengsi Euro 2008 ini turun? Saya pastikan tidak. Sepakbola mengajarkan nilai-nilai yang progresif dan terus berkembang. Dengan realita kejutan yang ada, Turki dan Rusia mengingatkan kita betapa dasyatnya kekuatan mental dan semangat pemain serta jam terbang yang mumpuni dari sang pelatih harus diperhitungkan secara serius.
Prestasi Korea di Piala Dunia 2002 paling tidak sudah mengingatkan lebih awal bahwa nama besar tidak memiliki arti apa-apa jika berhadapan dengan faktor-faktor yang saya sebutkan tadi.
Kembali ke Euro 2008, keempat tim sudah berada dalam fase sejauh ini. Tidak ada kata lain selain terus maju dengan bermain mati-matian. Baik Jerman, Turki, Rusia maupun Spanyol telah melewati tahap yang tidak mudah, penuh drama dan permainan tingkat tinggi. Buat Turki, Rusia dan Spanyol pastinya tidak ingin pulang dengan Cuma berlabel sebagai ‘semifinalis’ saja.
Di atas kertas, Jerman, yang lebih memiliki tradisi, paling diunggulkan untuk membawa pulang gelar juara untuk keempat kalinya. Materi dan komposisi pemain yang mereka miliki bisa dikatakan komplit untuk menghadapi Turki. Formasi Jerman saat mengalahkan Portugal adalah yang terbaik dan tampaknya akan terus dipertahankan. Namun determinasi mereka akan tidak berarti apa-apa jika pertahanan mereka lengah dan akhirnya jebol juga.
Sementara kondisi sebaliknya terjadi di kubu pasukan Fatih Terim. Dengan mengandalkan skuad yang masih tersisa lantaran banyak yang dilanda cidera dan hukuman, mereka tetap akan terus berjuang sampai menit akhir khas Turki. Dengan melihat kiprah dan tren pertandingan yang sudah ditempuh Nihat Kahveci sejauh ini, jangan heran jika mungkin saja Jerman sudah unggul 2-0 tapi mampu dikejar.
Sekali lagi, Jerman perlu waspada terhadap pasukan Ottoman yang punya militansi super. Kroasia yang pernah mengalahkan Jerman mungkin hingga kini belum bisa tidur nyenyak setelah merasakan efek daya juang Turki. Menarik untuk melihat bagaimana Jerman akan meladeni gaya dan tempo permainan Turki yang naik-turun secara drastis. Meski Jerman berhasil melangkah ke final, pastinya tidak akan diraih dengan mudah. Namun jika Turki yang mampu masuk ke level lebih tinggi, bukan semata-mata karena memanfaatkan kelemahan Jerman.
Untuk partai Spanyol-Rusia. Tidak ada yang lebih berbahaya ketimbang menghadapi lawan dengan sejuta dendam di dada. Spanyol perlu berhati-hati menghadapi ‘Rusia Baru’ yang sudah mulai menemukan bentuk permainan terbaiknya. Bukan Guus Hiddink tentunya jika tidak belajar banyak dari kekalahan timnya 1-4 dari Spanyol. Apalagi mereka dalam kondisi psikologis yang bagus paska mengalahkan Belanda. Spanyol dengan gaya sepakbola indah dan cepat akan dilawan dengan gaya keras khas Rusia yang sudah dibubuhi gaya total football aroma Belanda oleh pelatihnya.
Mungkin bisa dikatakan bahwa hasil akhir Spanyol-Rusia episode II akan jauh berbeda dengan yang terjadi beberapa minggu yang lalu. Yang jelas, para matador Spanyol akan menemukan kesulitan yang sesungguhnya kali ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar