Rehatnya Milan dari Liga Champions Musim Depan
Klimaks sudah perjalanan Milan di Seri A musim 2007/08. Kata ‘klimaks’ sangat pantas dipakai mengingat langkah yang terseok-seok dari pasukan klub tertua kota mode Italia itu sejak awal musim ini digelar. Meski menang telak 4-1 atas Udinese di laga terakhir, Milan harus terbuang ke arena Piala Uefa musim depan lantaran Fiorentina, yang berselisih 2 poin, mengalahkan Torino, 1-0.
Klimaks sudah perjalanan Milan di Seri A musim 2007/08. Kata ‘klimaks’ sangat pantas dipakai mengingat langkah yang terseok-seok dari pasukan klub tertua kota mode Italia itu sejak awal musim ini digelar. Meski menang telak 4-1 atas Udinese di laga terakhir, Milan harus terbuang ke arena Piala Uefa musim depan lantaran Fiorentina, yang berselisih 2 poin, mengalahkan Torino, 1-0.
Terlemparnya Milan ke kasta yang lebih rendah, memang tidak biasa dan sukar untuk dipercaya . Sama seperti sekitar 12 tahun silam kala George Weah yang membela Milan harus bermain di Piala Uefa selama satu musim. “Enggak kebayang Milan main di Piala Uefa” begitu ucapan saya dalam hati saat itu.
Sejak musim 2007/08 ini digelar, Milan memang bisa dikatakan kurang serius untuk menjalani musim ‘yang memiliki kesulitan lebih berat’.
Dikatakan berat mengingat di kancah domestik, kembalinya Juventus dan Napoli ke Seri A adalah ancaman tersendiri buat Pirlo Cs. Predikat Milan sebagai juara bertahan Liga Champions juga merupakan beban tersendiri.
Dengan tradisi dan reputasi yang dimilikinya, sudah bisa ditebak, memang Milan lebih mementingkan Liga bergengsi para jawara Eropa itu.
Terlepas dari motivasi untuk lebih fokus ke Liga Champions, secara keseluruhan Milan kalah siap dari para pesaing mereka di ranah Italia. Sebuat saja ada Inter, Roma, Fiorentina dan juga Juventus. Kesiapan sebuah klub dilihat dari komposisi materi pemain yang dimiliki dan format permainan yang matang dari pelatih.
Dari sisi komposisi materi pemain. Memang, pepatah ‘Don’t change the winning team’ ada benarnya. Keberhasilan Milan menjuarai Liga Champions musim lalu disumbang oleh materi yang 99 persen sama seperti yang ada di musim ini. Namun yang menjadi kesalahan terbesar Milan adalah tetap dipertahankannya beberapa pemain ‘lanjut usia’. Ada Cafu, Favalli, Maldini, Serginho, serta Dida dan Kalac. Sementara untuk pemain anyar, Milan hanya ‘mau’ menyabet Pato sendirian. Tidak ada penyegaran yang berarti dalam materi pemain.
Menjalani musim kompetisi yang panjang dan melelahkan serta fokus ke 3 turnamen yang lain (Coppa Italia, Liga Champions dan Piala Dunia Antar Klub) jelas membutuhkan amunisi yang kuat dan tangguh. Milan rupanya masih percaya dengan keajaiban Kaka dan juga Maldini. Kejaiban itu hanya muncul sesaat saat Milan berhasil merengkuh tropi Piala Super Eropa Agustus 2007 serta Juara Dunia Antar Klub di Tokyo beberapa bulan kemudian.
Menjelang pertengahan musim, cideranya Ronaldo dan beberapa pemain lain serta kekalahan Milan dari Arsenal di Liga Champions akhirnya mempertegas kondisi Milan yang sesungguhnya.
Konsep permainan yang matang dari sang pelatih, Carlo Ancelotti juga tidak terlihat. Permainan ala Milan sudah terbaca oleh para pesaing bahkan klub-klub gurem lainnya. Tidak ada yang baru dari gaya Milan di musim penuh determinasi ini.
Beberapa poin sederhana yang mutlak dilakukan oleh Milan jelang musim yang akan datang antara lain;
-Pergantian di kursi pelatih utama. Perlu penyegaran konsep permainan
-Pensiunkan atau jual beberapa pemain tua
-Mendatangkan 1 kiper muda yang kuat
-Mendatangkan 2 orang bek muda yang kuat dan bagus
-Mendatangkan 1-2 gelandang muda (Flamini sudah didatangkan)
-Dengan perginya Gilardino serta suramnya mada depan Ronaldo, kedatangan 1 orang striker yang mumpuni adalah mutlak
Dengan rehatnya Milan di Liga Champions musim depan, mereka punya waktu satu tahun untuk bisa bangkit dan masuk kembali ke kancah tertinggi para klub Eropa itu. Di liga domestik sendiri, Milan tentunya bisa lebih fokus untuk menjadi yang terbaik di Italia.
Sama seperti roda yang berputar, kadang di atas kadang ada di bawah. Kali ini Milan harus merasakan bagaiman berada di bawah (tentunya untuk bisa kembali ke atas). Pastinya hanya dengan perombakan total saja, Milan bisa kembali menghirup udara Liga Champions 2 musim lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar