Sabtu, 02 Februari 2008

Banjir Lagi, Jakarta gak bosan?

Banjir Lagi, Jakarta gak bosan?
Setelah sempat cemas selama bulan Januari, akhirnya hujan lebat terjadi di awal Februari. Sungguh luar biasa perkiraan BMG yang memperkirakan hujan lebat akan turun bulan februari. Hujan turun sejak Kamis malam (31 Januari) hingga Jum'at siang (1 Februari) tidak kenal kompromi. Kabarnya 'daerah di atas' Jakarta (Bogor & Puncak) juga sedang diguyur hujan pada waktu yang bersamaan. Jadilah Jakarta water city dadakan.
Saya yang sedang berada di jalan menjadi saksi sekaligus korban dari peristiwa ini. Mobil sedan yang saya kendarai sempat menerobos genangan air setinggi separuh ban di daerah Pulomas. Dengan rasa khawatir yang tinggi akhirnya saya bisa lolos dari genangan banjir yang menakutkan. Untung rumah saya tidak ikut tergenang. Sejauh inikawasan tempat tinggal saya bia dikatakan aman dari banjir. Tidak terbayang bagaimana perasaan orang-orang yang rumahnya tergenang banjir. Bahkan salah seorang teman istri saya sempat mengirimkan sms yangisinya bahwa ia tidak bisa masuk kantor karena dia sekarang hanya bisa berdiri di atas meja.
Banjir lagi...banjir lagi. capek deh. Banjir bisa melumpuhkan banyak sektor. Ongkos meterial, psikologis dan sosial demikian besar akibat banjir. Kita seharusnya malu bahwa ibukota yang menyandang gelar metropolitan dan ibukota negara harus kebanjiran terus. Saya hanya secara singkat ingin menyoroti dua hal.
Pertama, buat semua warga Jakarta untuk memperbaiki pola hidup bersih dengan membuang sampah pada tempatnya. Banyak saluran dan sungai meluap karena sampah yang membludak. Mulailah dari hal-hal kecil dengan tidak membuang sampah sembarangan. Jika perlu bawalah kantung plastik untuk bisa membuang sampah kecil yang nantinya bia dibuang ke tempat sampah. Buat warga yang tinggal di bantaran, perlu sadar betul bahwa sungai bukan lahan pembuangan sampah.
Kedua, buat pemerintah tolonglah lebih pintar dan bijak dalam menata ruang kota. Banyak bangunan beton besar yang dibangun di Jakarta yang akhirnya mengurangi daerah resapan. Perkantoran, mal dan lain sebagainya yang tidak memperhatikan lingkungan. Daerah aliran sungai juga idealnya harus hijau untuk bisa menahan dan menampung air hujan. Jangan cuma bisa bilang bahwa ini adalah bencana alam setiap ada banjir. Renungkanlah, banjir bukan bencana alam. Tapi kelalaian manusia. Iya, manusia Jakarta, Indonesia.

Tidak ada komentar:

Arsip Blog