Hikmah dibalik Tewasnya Sandri
Liga Seri A Italia kembali terancam terhenti untuk waktu yang belum ditentukan lantaran tewasnya seorang tifosi Lazio, Gabriele Sandri 11 November, sesaat sebelum laga Inter kontra Lazio dilangsungkan pada pekan ke-12. Efek domino pun terjadi, beberapa laga lainnya di pekan itu juga terhenti karena tifosi melakukan protes terhada aparat keamanan yang disinyalir melakukan penembakan terhadap Sandri.
FIGC memutuskan untuk menunda sementara laga di Seri B & C. Sementara Seri A memang sedang libur sesuai jadwal lantaran timnas Italia akan bertanding di kualifikasi Euro 2008 melawan Skotlandia akhir minggu ini. Waktunya bisa dibilang tepat untuk cooling down karena memang bertepatan dengan liburnya Seri A. Namun suasana berkabung dan ancaman akan hal yang mengerikan tetap bernaung meski semua pihak terkait sedang melakukan perbaikan dan timnas pun sedang fokus untuk laga yang menentukan langkah Italia ke Austria-Swiss tahun depan.
Pada saat kompetisi mulai menunjukkan kredibilitas setelah dihantam berbagai skandal, masalah besar terjadi saat musim belum habis separuh. Berita terakhir menyatakan bahwa sang polisi tidak sengaja melakukan tembakan ke arah korban. Ia pun sedang berlari saat ia melepaskan tembakan salah sasaran itu.
Italia memang penuh drama.
Sisi lain yang bisa diambil dari tragedi ini adalah bahwa sepakbola dapat menghadirkan kenyataan yang dramatis di dalam maupun di luar lapangan. Tewasnya seorang tifosi membuat kubu Lazio yang sudah siap 'perang' melawan Inter membatalkan niatnya. Pun, bagi tifosi Atalanta yang mendengar kabar itu, memaksa Doni Cs untuk menunda laga melawan Milan di Bergamo.
Mungkin para tifosi (apalagi mereka yang bergaris keras-Ultra) masih teringat akan tragedi di Catania yang menewaskan inspektur Raciti Januari Silam saat derby Sicilia antara Catania-Palermo. Dampak dari tewasnya polisi itu membuat liga tertunda dan pelaku pembunuhan yang adalah suporter ditangkap. Wajar saja, jika mereka melancarkan protes lantaran kali ini giliran dari pihak mereka yang menjadi korban dan polisi sebagai pelakunya. Seruan akan ditundanya liga bisa diartikan sebagai bentuk protes dari tifosi yang merasa juga memiliki hak suara. Mereka ingin kejadian ini menjadi perhatian semua pihak.
Betapa pun, apa yang terjadi di luar sebenarnya secara teknis bukanlah bagian dari permainan sepakbola itu sendiri. Namun dalam konteks yang lebih luas, sepakbola sebagai sebuah kebudayaan yang menjadi milik masyarakat luas, peristiwa di luar lapangan jelas mempengaruhi permainan sepakbola.
Penonton (apalagi suporter) adalah bagian dan sekaligus stake holder dari masyarakat sepakbola. Bisa dibayangkan jika sebuah pertandingan tidak ada penontonnya. Atmosfir pertandingan menjadi hambar dan permainan sepakbola itu sendiri menjadi kurang menarik untuk ditonton. Penonton (suporter) adalah bagian penting dari industri sepakbola. Apa yang terjadi di Azerro itu adalah bagian dari drama sepakbola Italia yang memang sudah menjadikan sepakbola sebagai 'agama' mereka.
Keputusan untuk menunda liga sementara waktu adalah tepat. Sekarang tinggal bagaimana mencari solusi. Italia tentunya akan menyelesaikan maaslah ini dengan tuntas, mengingat bagitu banyak orang yang hidup matinya tergantung akan industri sepakbola itu. Semua pihak perlu mencari langkah terbaik untuk merumuskan bagaimana menangani kelompok suporter yang semakin sulit diatur dan kini sedang semakin meradang. Juga tak kalah penting adalah sistem pengamanan dari otoritas keamanan yang lebih baik. Agak klise, tapi memang Italia bisa belajar dari Liga Inggris yang sukses mengendalikan hooligan.
Italia bisa segera bangkit. Buktinya, sebesar apa pun badai yang menerpa Seri A mulai musim lalu, Italia berhasil menjawab dengan prestasi. Gelar juara Piala Dunia dan jawara Champions League saat ini bersemayam di tanah Italia. Mereka pun mampu mengembailkan kredibilitas liga dengan berbagai pembenahan yang ketat dan serius.
Bagaimana pun liga tetap harus berjalan. Namun jika liga Italia tidak segera berubah, bukan tidak mungkin liga yang mampu menghidupi negeri spaghetti itu akan ditinggalkan pemain dan juga pendukung fanatiknya di seluruh dunia. Saya termasuk dari jutaan orang yang tidak menginginkan hal itu terjadi, tentunya.
Liga Seri A Italia kembali terancam terhenti untuk waktu yang belum ditentukan lantaran tewasnya seorang tifosi Lazio, Gabriele Sandri 11 November, sesaat sebelum laga Inter kontra Lazio dilangsungkan pada pekan ke-12. Efek domino pun terjadi, beberapa laga lainnya di pekan itu juga terhenti karena tifosi melakukan protes terhada aparat keamanan yang disinyalir melakukan penembakan terhadap Sandri.
FIGC memutuskan untuk menunda sementara laga di Seri B & C. Sementara Seri A memang sedang libur sesuai jadwal lantaran timnas Italia akan bertanding di kualifikasi Euro 2008 melawan Skotlandia akhir minggu ini. Waktunya bisa dibilang tepat untuk cooling down karena memang bertepatan dengan liburnya Seri A. Namun suasana berkabung dan ancaman akan hal yang mengerikan tetap bernaung meski semua pihak terkait sedang melakukan perbaikan dan timnas pun sedang fokus untuk laga yang menentukan langkah Italia ke Austria-Swiss tahun depan.
Pada saat kompetisi mulai menunjukkan kredibilitas setelah dihantam berbagai skandal, masalah besar terjadi saat musim belum habis separuh. Berita terakhir menyatakan bahwa sang polisi tidak sengaja melakukan tembakan ke arah korban. Ia pun sedang berlari saat ia melepaskan tembakan salah sasaran itu.
Italia memang penuh drama.
Sisi lain yang bisa diambil dari tragedi ini adalah bahwa sepakbola dapat menghadirkan kenyataan yang dramatis di dalam maupun di luar lapangan. Tewasnya seorang tifosi membuat kubu Lazio yang sudah siap 'perang' melawan Inter membatalkan niatnya. Pun, bagi tifosi Atalanta yang mendengar kabar itu, memaksa Doni Cs untuk menunda laga melawan Milan di Bergamo.
Mungkin para tifosi (apalagi mereka yang bergaris keras-Ultra) masih teringat akan tragedi di Catania yang menewaskan inspektur Raciti Januari Silam saat derby Sicilia antara Catania-Palermo. Dampak dari tewasnya polisi itu membuat liga tertunda dan pelaku pembunuhan yang adalah suporter ditangkap. Wajar saja, jika mereka melancarkan protes lantaran kali ini giliran dari pihak mereka yang menjadi korban dan polisi sebagai pelakunya. Seruan akan ditundanya liga bisa diartikan sebagai bentuk protes dari tifosi yang merasa juga memiliki hak suara. Mereka ingin kejadian ini menjadi perhatian semua pihak.
Betapa pun, apa yang terjadi di luar sebenarnya secara teknis bukanlah bagian dari permainan sepakbola itu sendiri. Namun dalam konteks yang lebih luas, sepakbola sebagai sebuah kebudayaan yang menjadi milik masyarakat luas, peristiwa di luar lapangan jelas mempengaruhi permainan sepakbola.
Penonton (apalagi suporter) adalah bagian dan sekaligus stake holder dari masyarakat sepakbola. Bisa dibayangkan jika sebuah pertandingan tidak ada penontonnya. Atmosfir pertandingan menjadi hambar dan permainan sepakbola itu sendiri menjadi kurang menarik untuk ditonton. Penonton (suporter) adalah bagian penting dari industri sepakbola. Apa yang terjadi di Azerro itu adalah bagian dari drama sepakbola Italia yang memang sudah menjadikan sepakbola sebagai 'agama' mereka.
Keputusan untuk menunda liga sementara waktu adalah tepat. Sekarang tinggal bagaimana mencari solusi. Italia tentunya akan menyelesaikan maaslah ini dengan tuntas, mengingat bagitu banyak orang yang hidup matinya tergantung akan industri sepakbola itu. Semua pihak perlu mencari langkah terbaik untuk merumuskan bagaimana menangani kelompok suporter yang semakin sulit diatur dan kini sedang semakin meradang. Juga tak kalah penting adalah sistem pengamanan dari otoritas keamanan yang lebih baik. Agak klise, tapi memang Italia bisa belajar dari Liga Inggris yang sukses mengendalikan hooligan.
Italia bisa segera bangkit. Buktinya, sebesar apa pun badai yang menerpa Seri A mulai musim lalu, Italia berhasil menjawab dengan prestasi. Gelar juara Piala Dunia dan jawara Champions League saat ini bersemayam di tanah Italia. Mereka pun mampu mengembailkan kredibilitas liga dengan berbagai pembenahan yang ketat dan serius.
Bagaimana pun liga tetap harus berjalan. Namun jika liga Italia tidak segera berubah, bukan tidak mungkin liga yang mampu menghidupi negeri spaghetti itu akan ditinggalkan pemain dan juga pendukung fanatiknya di seluruh dunia. Saya termasuk dari jutaan orang yang tidak menginginkan hal itu terjadi, tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar