Ada yang pernah lihat orang mengetuk-ngetuk kepala mikrofon saat ingin memulai berbicara atau menyanyi dengan memakai alat ini? Saya pastikan bukan hanya ada, tapi banyak sekali. Pun tidak cuma pernah, tapi sering pakai banget.
Saya kerap melihat orang yang dengan sadar meniup, mengetuk, bahkan menepuk-nepuk (yang ini sih alirannya sudah hardcore) kepala mikrofon. Adegan yang tidak berkeprimikrofonan ini terjadi di berbagai jenis acara dan kesempatan. Formal, non-formal, dan informal. Saya pun selalu berusaha untuk menegur orang yang bersangkutan.
Pelakunya bisa siapa saja. Pria maupun wanita. Tua serta muda. Lintas profesi. Bukan siapa-siapa hingga pesohor. Dari yang kurang berpendidikan sampai yang bergelimang gelar. Baik pesuruh atau bos besar.
Mungkin saja awalnya karena memang tidak tahu, lalu meniru orang, dan akhirnya jadi kebiasaan. Bisa jadi tidak ada yang pernah memberitahukan bahwa tindakan itu adalah "haram" dalam dunia public speaking.
Perilaku tiup-ketuk-tepuk ini dilakukan untuk memastikan bahwa mikrofon dalam keadaan on (hidup) dan bisa digunakan. Kegiatan merusak ini biasa terjadi saat sound check (cek suara/bunyi) pada sebelum acara atau bahkan saat acara sedang berlangsung.
Saat acara bersangsung, biasanya terjadi beberapa detik sebelum yang bersangkutan akan menggunakan mikrofon atau sering pula sekejap setelah digunakan sebentar.
Adegan umum yang terjadi saat mikrofon dirasa tidak berfungsi adalah pengguna memasang muka heran, seolah tidak percaya bahkan wajah kecewa ke arah mikrofon. "Kok enggak nyala, sih!?", raut muka yang bersangkutan seolah berucap demikian. Mikrofon langsung jadi terdakwa dan seketika diberi hukuman ditiup atau diketuk bahkan ditepuk berulang-ulang. Padahal yang harusnya jadi terdakwa ya penggunanya. Karena selain telah melakukan "dosa besar", dia sudah salah kaprah. Mikrofon jelas tidak nyala. Yang nyala itu kan lampu senter.
Kaitan public speaking dengan mikrofon tidak melulu hanya soal bagaimana tata cara memegang dan berbicara dengan bantuan mikrofon. Perlakuan kita sebagai pengguna terhadap mikrofon pun tidak bisa dianggap remeh. Penggunaan mikrofon dalam public speaking memiliki etika tersendiri.
Di sisi etika, aktifitas keliru ini tidak nyaman buat telinga kita, kurang elok dipandang dan secara langsung atau tidak berpengaruh pada suasana acara. Mungkin terkesan sepele, tapi dalam public speaking, kredibilitas dan kelas pembicara pun dapat dilihat dari bagaimana ia memperlakukan alat bantu dalam berbicara, mikrofon salah satunya.
Sementara secara teknis, kita tidak boleh meniup, mengetuk atau menepuk mikrofon karena dapat merusak bagian mikrofon yang berfungsi menangkap suara kita. Elemen ini terbuat dari bahan yang sangat sensitif dan lebih tipis dari rambut manusia.
Lalu bagaimana jika kita berada dalam situasi dimana mikrofon yang kita gunakan "bermasalah"?
Saat berkesempatan menjadi MC pertama kali pada sebuah acara di Poster Cafe kawasan Museum Satria Mandala Jakarta 20 tahun silam, seorang sahabat memberi tips pada saya di belakang panggung. "Apapun yang terjadi, yakinlah bahwa mic selalu dalam keadaan on", ujarnya. Jadi saat setiap mau mulai berbicara, ya berbicara saja. Tidak perlu ngomong tas-tes-tis atau cak-cek-cok lagi untuk memastikan mikrofon on. Ngomong tas-tes-tis atau cak-cek-cok saja enggak boleh, apalagi sampai tiup-ketuk-tepuk mikrofon.
Tapi kan sering mikrofon ternyata memang bermasalah saat kita mulai berbicara, padahal sudah OK waktu sesi sound check. Berarti itu (tetap bukan) kesalahan Anda. Pihak yang bertanggungjawab dan berkompeten untuk menyelesaikan masalah ini adalah sound man (ahli tata suara). Biarlah mereka yang mengurusnya.
Yang perlu Anda lakukan adalah tetap tenang, fokus pada materi dan lempar senyuman ke arah audiens serta sound man (lempar senyuman ya, bukan meja. Selain berat, belum tentu juga meja selalu ada dekat kita).
Pasti ada pihak yang akan merespon situasi ini. Bila perlu langsung serahkan mikrofon yang "bermasalah" kepada panitia atau sound man untuk diambil langkah selanjutnya.
Tindakan tiup-ketuk-tepuk mikrofon bukanlah hal yang nyektrik dan baik dilakukan. Kepala mikrofon bukan balon yang bisa ditiup. Tidak juga pintu hati yang dapat diketuk. Bukanlah pula Pramuka yang punya tepukan (agak maksa, biarin aja).
Nah, mulai sekarang, hentikan kekerasan terhadap mikrofon. Penggunaan mikrofon yang baik juga mencerminkan kualitas diri Anda.
Depok, 31 Oktober 2017
Mozes Sosa
Sangat yakin bukan satu-satunya orang yang geram kalau lihat dan atau dengar mikrofon ditiup-diketuk-ditepuk.
#publicspeaking #mc #mikrofon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar