Senin, 31 Oktober 2011

“SEA Games U-23”

“SEA Games U-23”


Dalam hitungan hari, sesuai rencana Indonesia akan menggelar acara pesta olahraga negara-negara Asia Tenggara (SEA Games) ke-26. Terakhir kita menjadi tuan rumah acara 2 tahun sekali itu adalah 14 tahun lalu, tepatnya tahun 1997. Saya masih ingat peristiwa belasan tahun silam itu saat kita sedang bersiap membuat hajatan acara olahraga terbesar kawasan tenggara itu. Persiapan sebagai tuan rumah yang baik dan tentunya untuk menjadi juara umum. Singkat kata, kita pun berhasil sebagai juara umum dan penyelenggaraannya relatif sukses.

Saya tidak mau berpanjang lebar soal bagaimana kita mempersiapkan diri, baik sebagai penyelenggara ataupun sebagai peserta, yang kita ketahui bersama sangat amburadul. Potret negeri ini dimana tingkat korupsi, kolusi dan nepotisme demikian tinggi, seakan terlihat jelas dan dipertontonkan ke seluruh dunia. Saya hanya bisa maklum.

Saya lebih tertarik untuk mengamati masa depan event ini. Bagaimana sebenarnya acara ini memang benar-benar memiliki visi dan misi yang seharusnya mengikuti perkembangan jaman. SEA Games diadakan untuk mempererat persaudaraan sesama negara-negara anggota ASEAN (belakangan, Timor Leste yang belum termasuk anggota pun ikut serta). Lewat media yang namanya olahraga, sesama negara di kawasan ini saling mengenal, menghargai dan tetap bersatu. Nilai-nilai olahraga sejatinya memang mengedepankan semua hal itu.

Namun namanya juga ingin mengharumkan nama bangsa (dan pribadi tentunya), selain untuk meraih prestasi, ajang ini juga dipatok sebagai unjuk prestise. Gengsi negara menjadi sangat dipertaruhkan. Banyak cara yang dilakukan tiap negara untuk memenuhi ‘ambisi’ itu. Mulai dari pemilihan atlit terbaik, mempertahankan atlit senior (ada juga yang veteran) yang itu-itu saja seolah tak tergantikan, dan lain-lain. Bahkan sudah sering kita mendengar sikap tidak sportif para atlit, official, wasit bahkan penonton demi mengejar nilai-nilai prestasi dan terlebih prestise SEA Games.

Bangga sekali rasanya bisa menjadi nomor satu di kawasan regional dan bisa mengalahkan musuh bebuyutan (lagi-lagi di kawasan regional). Lalu bagaimana dengan raihan prestasi di kawasan yang lebih luas lagi, seperti ASIAN Games? Jangan bicara Olimpiade terlebih dahulu. Secara umum, prestasi di kawasan regional belum banyak bicara jika melangkah lebih jauh di kawasan internasional.

Belum lagi jika bicara soal greget dari SEA Games itu sendiri. SEA Games di mata peserta lain (terkecuali kita) sudah kehilangan greget. Malaysia sudah mencanangkan untuk mengirimkan ‘lapis kedua’nya di ajang ini. Bagi mereka, SEA Games bukan lagi target utama, hanya sebagai sebuah ajang ‘latihan’. Mereka lebih bersiap untuk membidik ASIAN Games. Sementara kita ‘bernafsu’ untuk merebut gelar juara umum (terakhir 14 tahun lalu) dengan memasang atlit-atlit terbaik di semua cabang. Padahal pesta akbar ini kini seolah hanya sebuah rangkaian seremoni olahraga 2 tahunan sekali.

Sudah saatnya SEA Games berubah visi dan misinya. Sebagai sarana silahturahmi antar sesama negara ASEAN, iya. Namun yang perlu dirubah adalah ajang ini harus lebih tegas dan fokus untuk menjadi sebuah ajang ‘persiapan’ semua negara peserta untuk menghadapi hajatan yang lebih besar. Persiapan disini maksudnya adalah dengan hanya membolehkan atlit usia 23 tahun kebawah (U-23) yang mengikuti SEA Games. Sepakbola telah melakukan itu dan tentu ada alasannya.

Pembatasan usia dilakukan agar proses regenerasi dapat dipastikan dan persiapan untuk menyokong tim senior menjadi jelas. Dengan hanya atlit U-23 yang bermain, mereka diberikan kesempatan untuk sama-sama bersiap menuju jenjang yang lebih tinggi. Selain memang karena alasan tim nasional senior memiliki agenda yang kerap bersamaan dengan waktu penyelenggaraan SEA Games, langkah ini jelas visioner. Visioner karena berarti tiap negara harus memikirkan soal pembinaan sepakbola berjenjang. Itu idealnya.

Kesempatan besar yang diberikan kepada atlit-atlit muda untuk mengasah diri di event resmi dan berprestasi adalah sebuah misi meraih prestise sesungguhnya. Ajang ini bukan lagi sebagai wadah kesempatan atlit senior yang itu-itu saja untuk bertahan demi prestasi dan prestise. Buat apa juara tak terkalahkan di SEA Games karena tidak ada lawan sebanding tapi keok di ASIAN Games. Biarkanlah para atlit senior itu berjuang di event lain.

Saya yakin SEA Games baru yang bebeda dengan atlit U-23 berlaga di semua cabang akan menjadi sebuah penyegaran tersendiri buat tiap negara dan penikmat (baca: penonton) ajang ini. Semoga.

Tidak ada komentar:

Arsip Blog