Mengapa Milan (Pantas) Kalah?
Akhirnya perjalanan AC Milan di pentas Liga Champions 2009/10 terhenti di babak perdelapan final. Setelah bulan lalu di leg pertama kalah 2-3, Kamis (11/3) dini hari tadi, kembali pasukan merah hitam harus takluk dari Manchester United (MU)dengan skor yang lebih besar, 0-4. Sebuah catatan hasil akhir yang tidak pernah terbayangkan sedikit pun.
Berbekal beban harus menang minimal 2-0 di Old Traford , formasi yang diturunkan oleh Leonardo sontak membuat saya pesimis, terlepas dari MU yang bermain bagus. Minus Nesta di pertahanan dan absennya Pato di depan (dua-duanya cidera), jelas Milan sudah memberi garansi kepada MU untuk kembali menang. Tanpa Nesta, satu-satunya bek senior syarat berpengalaman, lini belakang Milan ibarat kehilangan figur pemimpin. Peran Pato pun adalah harga mati sebagai ancaman serius gawang MU.
Yang lebih membuat ‘patah semangat’ saya sebagai Milanisti adalah kebijakan Leo menerapkan pola 4-3-3. Leo tidak belajar dari pertemuan pertama, dimana Milan benar-benar kalah bersaing di lini tengah. Pemain-pemain usia 30-an ke atas di sektor vital ini seperti; Ambrosini, Pirlo, Seedorf, selain kalah jumlah, sudah pasti mereka kalah tenaga! Harusnya Leo berani merubah pola 4-3-3 menjadi 4-4-2. Memang tidak mudah, karena pola 4-3-3 seolah menjadi pola nyaman Milan sejak Januari lalu. Namun dengan target harus menang, tentunya koreksi kalah jumlah di lini tengah harus diperhatikan. Mau tidak mau. Untuk mengejar dengan cepat defisit 2 gol tanpa balas, Milan perlu strategi beda. Tentunya diawali dengan pola yang berbeda dengan pertemuan di San Siro.
Bonera yang menggantikan Nesta tidak seperti yang diharapkan. Gol pertama Rooney menit ke-13 adalah kesalahannya yang gagal mengantisipasi bola silang Gary Neville dari sektor kiri pertahanan Milan ke arah Rooney. Kombinasi duo-nya dengan Silva semoga menjadi yang terakhir semalam (itu pun hanya di babak pertama). Leo bisa saja tidak punya pilihan lain, tapi kembali ke permasalahan pola bahwa kalau saja formasi 4-4-2 dijalankan, jantung pertahanan Milan bisa relatif ‘tenang’.
Leo memang ingin menyerang sedari awal, tapi faktor mental Huntelaar dan Borrielo terkesan belum mumpuni untuk partai seketat ini dengan lawan yang dihadapi sekelas MU. Seperti saat laga di Milan, Huntelaar beberapa kali melepas peluang emas. Semalam lebih buruk lagi, berada di sektor penyerang kanan, pemain londo ini mati angin. Borrielo pun sedikit sekali kiprahnya dalam memberikan tekanan kepada Van der Saar di bawah mistar.
Agak berjudi, tapi sebenarnya Milan punya Inzaghi dan Seedorf yang sangat mungkin diturunkan sejak peluit babak pertama dibunyikan. Inzaghi memang sudah tua, tapi dia punya pengalaman dan ‘licin’ buat membuyarkan konsentrasi benteng lawan. Seedorf, yang menurut Van Der Saar berbahaya, tidak masalah jika diplot di posisi gelandang kiri dalam skema 4-4-2.
Dalam pandangan yang lebih luas, regenerasi Milan harus dilakukan lebih cepat. Milan butuh banyak darah muda yang segar dikombinasikan dengan beberapa sisa pemain berpengalaman. Memang setidaknya sudah ada hasil, seperti ; Abate dan Antonini, di sektor belakang. Tapi stok untuk centrocampista ? Belum ada talenta-talenta yang hingga sekarang diturunkan menggantikan Pirlo, Ambrosini dan Gattuso. Milan harus berubah musim depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar