Minggu, 03 Januari 2010

What A Voice From A 3rd Grader

What A Voice From A 3rd Grader

Tadi siang sekitar pukul 13.30 WIB, saya, istri dan Irish berkunjung ke Pondok Indah Mall (PIM). Selain untuk refreshing, kebetulan kami memang belum makan siang. Sejak dalam perjalanan menuju PIM, kami sepakat untuk makan siang di Fish & Co, yang terletak di deretan Restaurant Row, lantai teratas PIM 2. Kami memang sering makan di sana, jika memang sedang jalan-jalan di PIM.

Fis & Co, terletak di ujung berdekatan dengan ‘panggung kecil’, tempat para musisi biasa nge-jam di sana. Biasanya, musik yang dibawakan lebih ke jazz yang agak-agak berat dan cenderung slow, sehingga kami yang sedang makan jelas-jelas tidak akan terganggu. Malah akhirnya kami terhibur. Irish juga suka banget melihat para musisi itu main musik dan penyanyi yang berdendang.

Begitu tiba di tempat, Irish sudah tidur dengan lelapnya di kereta. Beberapa meter dari tempat nge-jam itu, saya sudah merasa tidak nyaman saja dengan suasananya. Kali ini agak berbeda. Musik yang dibawakan sih temponya sedang-sedang saja. Hanya duet penyanyi yang tampil seperti mengeluarkan kemampuan vokalnya secara menyeluruh. Sudah begitu, speaker yang ada terasa banyak sekali di kuping, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Alhasil, nuansa gaduh lebih tepat dibanding suasana smooth seperti biasanya. Begitu sampai di kursi, saya bilang sama istri saya, “Hmm, kayaknya kita gak bisa ngobrol deh kalo begini”, sambil tersenyum. Istri saya menggangguk sambil tersenyum kecut. Saya pun hanya membaca koran dan istri sibuk dengan I-phone-nya. Irish? Masih terbuai dengan ‘mimpi nonton konser gaduh’-nya.

‘Ketidaknyamanan” itu berlangsung sekitar 10-15 menit. Ya, sekitar 3 lagu mereka bawakan dengan bersemangat. Sampai akhirnya, tiba-tiba suasana hening. Mulailah intro lagu ‘New York-New York” terdengar pelan. Begitu masuk vokal, bukan suara 2 vokalis yang tadi. Melainkan suara imut kecil yang membuat saya langsung melihat istri di samping saya. “Hah? Keren banget suaranya!!”, saya bilang ke istri. Saya langsung melihat ke arah panggung.

Di panggung tampak berdiri gadis kecil putih berambut panjang memegang microphone, sedang bernyanyi. Gayanya biasa saja, tapi dari body language-nya, ia ingin mengatakan dia bisa bernyanyi dengan baik. Beberapa bagian sulit dilalui dengan manis sekali. Tidak hanya orang-orang yang sedang makan di Fish & Co yang terkesima. Pengunjung di resto lain juga tersenyum melihat aksi anak kelas 3 SD itu. Orang-orang yang kebetulan sedang lewat pun menghentikan langkahnya untuk sejenak melihat kebolehannya.

Satu lagu selesai, seorang tua segera menghampirinya (tampaknya dia adalah kakek dari gadis kecil ini). Dia sempat membisikkan sesuatu ke telinga Lana, nama sang gadis kecil .Tak lama kemudian, mengalunlah lagu kedua, “Route 66”. Tidak berbeda dengan lagu pertama, Lana terlihat sudah menguasai benar lagu ini. Penonton pun berdecak kagum. Makin banyak saja kerumunan orang di sekitar panggung. Begitu ‘Route 66’ kelar, pengunjung langsung memberikan tepuk tangan yang begitu meriah. Saya pun tak ketinggalan. Sang kakek, segera menghampiri lagi. Kali ini ia memberi aba-aba agar Lana makan dulu.

Letak meja Lana dan kakeknya, serta neneknya hanya berjarak kurang dari 2 meter dengan meja kami. Saya pun sempat mengacungi jempol ke arah Lana. Dia membalas dengan ucapan,”Terimakasih”. Anak kecil yang sopan, ramah dan tidak sombong. Orang yang duduk dekat meja saya sempat mencegat Lana, untuk menanyai beberapa hal tentang dirinya. Makanya saya tahu nama dan kelas berapa dia.

Sempat pula meja Lana dihampiri oleh Ireng Maulana, yang ternyata memimpin band di jam session siang itu. Saya sempat kaget lihat Om Ireng, ingin menyapa tapi tidak dapat moment. Saya dan istri sempat berasumsi bahwa sang kakek kelihatannya punya hubungan khusus dengan Ireng Maulana. Lana makan dengan senangnya, seolah tidak ada perasaan kikuk setelah membuat semua orang terhibur. Layaknya anak kecil yang riang, dia kerap melempar senyum manis polosnya ke arah orang-orang yang melihatnya.

Pengalaman makan siang yang tidak seperti biasanya. Meski dimulai dengan kegaduhan, tapi akhirnya dibayar tuntas dengan aksi memukau gadis kecil kelas 3 SD. Sayang Irish tidak bangun dan melihat peristiwa itu. Dia pasti senang dan bisa saja dia akhirnya berniat jadi penyanyi. Kalau tidak jadi penyanyi, setidaknya bisa menyanyi. Tidak seperti papanya….hohoho

Tidak ada komentar:

Arsip Blog