Rabu, 13 Januari 2010

Pelajaran dari Igo dan Pakde Danar

Pelajaran dari Igo dan Pakde Danar

Hari ini adalah harinya kunjungan sosial. Setelah beberapa kali tertunda, akhirnya aku bisa menepati janjiku untuk mengantar Ma Mis melakukan ‘misi sosialnya’. Sejak natal 2009 lalu, Mama Mis sudah minta tolong aku buat antar dia dan Mbah Putri (kita juga memanggil dengan sebutan ‘Uyut’) membesuk Pakde Danar yang sakit sudah tahunan, di daerah Bogor. Pakde Danar adalah sepupu Ma Mis, anak dari Eyang Pati, kakak tertuanya Uyut .

Setelah menjemput Uyut di Bekasi, aku langsung meluncur ke Cimanggis, rumah Ma Mis. Sampai Cimanggis pukul 09.30 WIB, lebih cepat 30 menit dari yang aku janjikan. Kita bertiga terlibat pembicaraan santai sambil menunggu Ma Mis siap-siap. Salah satu hal yang disiapkannya jelang pergi adalah memberi makan 2 kucing kesayangannya, igo dan Bolang. Ma Mis memang penyanyang binatang, terutama kucing.

Sejak pindah ke rumah yang sekarang, Ma Mis punya 2 kucing kecil pemberian temannya. Beberapa waktu yang lalu, aku sempat dengar cerita kalau Igo kakinya patah entah kenapa. Kata Ma Mis, sepertinya ada orang yang memukulnya. Karena kurang perhatian terhadap binatang, aku menanggapinya sambil lalu saja. Namun kali aku ‘terpaksa’ melihat dengan mata kepala sendiri kondisi Igo. Mau tidak mau, karena 2 kucing mungil itu seliweran diantara kita bertiga.

Kondisi Igo sangat mengenaskan. Kedua kaki belakangnya tidak bisa berdiri tegak, hanya kaku membujur ke arah belakang samping. Buat gambaran saja, kalau ada istilah ‘Suster Ngesot’, Igo pantas dibilang ‘Kucing Ngesot’. Dia tidak bisa berjalan normal seperti Bolang. Tapi dia seperti tidak patah arang, dia tetap bergerak kesena-kemari, mencari makanan, bercanda dengan Bolang, dan lainnya. Hebatnya lagi, Ma Mis dengan semangatnya menceritakan bagaimana perjuangannya merawat Igo yang lumpuh itu. Mulai dari membawanya ke dokter hewan di depan rumah, memberinya susu kalsium, memijat, mengurut kakinya, dan banyak lagi ‘treatment’ khusus buat Igo. Ma Mis terlihat sayang sekali terhadap Igo.

Sekali lagi, aku bukan pencinta binatang. Tapi kali ini aku benar-benar terharu melihat realita yang ada. Aku sempat mematung beberapa menit lamanya. Melihat kegigihan Igo yang tidak bisa menjadi kucing biasa. Igo tampak tidak bermasalah dengan kendala yang ada padanya. Bisa dibayangkan bagaimana jika dia besar nanti. Dengan keadaan yang seperti itu, pasti dia akan terus bersama Ma Mis. Ma Mis pun tentunya tak tega melepasnya pergi.

Itu soal Igo. Tepat pukul 10 lewat 6 menit, kita pun bergerak menuju Bogor. Sebelum sampai rumah Pakde Danar, Uyut sudah memberikan gambaran bahwa Pakde Danar sakit sejak 2005, karena stroke. Berdasarkan kabar dari Eyang Karsi, adik ipar Uyut, keadaan Pakde Danar tidak begitu baik. Hanya bisa berbaring di tempat tidur. Sampai di rumah Pakde Danar, kita disambut Bude Ida dan Lendra, anak tertuanya.

Apa yang dikabarkan soal Pakde Danar ternyata benar adanya. Malah lebih parah dari yang aku bayangkan. Pakde Danar yang kelahiran tahun '43 itu sangat kurus dan terbaring lemah tak berdaya. Tidak percaya melihatnya tadi jika membandingkan dengan fotonya yang tampak gagah di ruang tengah. Semua aktifitasnya dilakukan di tempat tidur. Susah mengingat dan beberapa bagian tubuh sudah kaku. Saat ditanya soal penyakitnya, dia menjawab tidak merasakan apa-apa. Uyut dan Ma Mis menangis. Aku hanya menahan nafas panjang untuk menguatkan diri, sambil berdoa dalam hati untuk kebaikan Pakde Danar.

Bude Ida menceritakan banyak hal tentang Pakde Danar. Mulai dari riwayat kesehatannya , Pakde Danar yang sering marah-marah, susah makan, dan banyak lagi. Bude Ida terlihat tegar menghadapi cobaan ini. Aku tidak banyak bicara karena tidak mampu berkata-kata. Sampai akhirnya kita pun pamit. Saat izin, dengan terbata-bata, Pakde Danar sempat mengucapkan terimakasih.

Aku merenungkan satu hal yang aku alami hari ini. Apa karena kebetulan atau tidak, hari ini seolah adalah ‘jadwal’nya untuk benar-benar bersyukur terhadap apa yang kita miliki. Tuhan memang Maha Kuasa. Apa yang terjadi pada Igo dan Pakde Danar adalah contoh penderitaan. Mereka ada karena Tuhan bermaksud menyadarkan kepada kita akan pentingnya arti bersyukur. Bersyukur dengan kondisi normal dan sehat yang ada, sekaligus pemicu semangat untuk terus berbuat baik dan berguna buat sesama.

Tidak hanya pelajaran lewat contoh manusia, tapi binatang seperti Kucing pun membuat kita berpikir untuk selalu mensyukuri nikmat yang luar biasa ini. Seakan Tuhan ingin mengatakan secara tidak langsung bahwa kita pun bisa merasa ‘kehilangan’ biarpun dalam keadaan memiliki segalanya.Kita yang bisa berjalan dengan normal, bergerak kemana-mana, bicara dengan baik dan segala hal tanpa hambatan karena sakit.

Selalu tidak ada kata terlambat utnuk mensyukuri nikmat yang tiada tara ini dengan kebaikan. Sekecil apapun itu. Oh,ya. Salut juga buat mereka yang tetap semangat meskipun sebenarnya sedang menderita. Angkat topi juga buat orang-orang yang berhati besar merawat mereka yang nestapa itu. Doaku mengiringi mereka semua. Semoga Tuhan memberikan balasan yang setimpal atas budi baik orang-orang baik semua itu. Amin.

Tidak ada komentar:

Arsip Blog