Senin, 21 Desember 2009

‘Play Maker’ di Persija

‘Play Maker’ di Persija

Gemas rasanya saat menyaksikan Persija Jakarta berlaga lawan Pelita Jaya Karawang, dalam lanjutan Liga Super Indonesia, Minggu (20/12) malam, lewat layar kaca. Tim kebanggaan ibukota ternyata tidak bisa tampil maksimal dan jauh dari kesan maksimal, sebagai tim elit di jajaran klub nasional. Bermain seperti di bawah tekanan, Bambang Pamungkas Cs akhirnya hanya mampu menutup laga itu dengan skor imbang, 1-1. Padahal tiga poin adalah target yang dipatok untuk dapat terus merangkak ke papan tengah klasemen.

Terlepas dari kondisi yang tidak diketahui publik, pola dan formasi yang diterapkan oleh Bendol beraroma coba-coba. Leonard Tupamahu di-plot berduet dengan Abanda Herman di jantung pertahanan. Sementara Baihaki Kaizan didorong ke depan sebagai gelandang bertahan. Peran pengatur serangan dilimpahkan kepada Mustafic. Sekilas saya sempat menebak, Bendol ingin mengulang sukses formasi ini di partai kontra Persipura. Saat lawan Persipura, Persija main dengan pola 4-2-3-1. Baihaki dan Mustafic dipatok sebagai jangkar. Namun ternyata semalam, Bendol memainkan formasi 4-4-2. M. Ilham dan Salim Alaydrus berada di dua sektor sayap. Bepe dan Aliyudin menjadi tombak kembar.

Baihaki yang memang lebih pas bermain sebagai bek tengah, terasa gamang memainkan perannya di tengah. Ia cukup bagus dalam menjaga ‘daerah imajiner’ zona bertahan miliknya. Tapi kurang bisa mendukung skema aliran bola yang ke depan. Sementara Mustafic sendiri kesulitan mengembangkan dan menciptakan kreasi permainan yang memang menjadi tanggung jawabnya. Hasilnya, tim Macan Kemayoran lebih mengandalkan serangan lewat sayap dan umpan silang.

Memang masalah yang kentara sejak awal kompetisi adalah nihilnya sosok play maker di tubuh tim Oranye ini. Persija belum memiliki tipe pemain dengan gaya play maker sesungguhnya. Pernah peran ini ingin diserahkan kepada Rizki Lestaluhu. Sayangnya, selain masih muda (belum 20 tahun), Lestaluhu belum punya pengalaman menggalang dan memimpin rekan-rekannya untuk level kompetisi seperti sekarang ini. Sebenarnya masih ada Agus Indra, yang belum kembali ke lapangan usai naik haji. Skill ‘Si Jepang’ termasuk yang terbaik di barisan tengah Persija. Namun lagi-lagi, karakter play maker-nya belum terlihat kuat.

Tanpa adanya play maker, Persija musim ini bermain dengan mengandalkan kolektifitas permainan di lini tengah. Kekuatan lini tengah Persija jelas sekali bertumpu pada kokohnya gelandang bertahan dan gelandang serang mereka. Determinasi seorang Musafri dan M. Ilham, yang berani bertarung, sering dikedepankan untuk mendukung Bepe dan Aliyudin.

Apakah Persija akan sukses tanpa adanya play maker sejati? Sejujurnya saya tidak terlalu risau Persija punya atau tidak seorang playmaker. Tim juara tidak selalu harus punya playmaker. Hal ini pasti sudah dipikirkan oleh sang arsitek handal tim, Bendol. Hanya saja, ibarat istilah empat sehat lima sempurna, kehadiran sosok play maker tentunya akan semakin membuat Persija sempurna.

Tidak ada komentar:

Arsip Blog