Selasa, 18 Agustus 2009

Pemain Nasional Memang Tetap Harus Berkompetisi

Pemain Nasional Memang Tetap Harus Berkompetisi

Kontroversi seputar pelarangan pemain tim nasional (timnas) Indonesia untuk berlaga di kompetisi mendatang, akhirnya usai. Semula dengan sistem pemusatan latihan nasional terpusat menghadapi beberapa ajang internasional, para pemain diharamkan beranjak dari markas timnas, selain untuk berlatih dan bertanding bagi timnas. Pihak PSSI, dalam hal ini PT Liga Indonesia, membolehkan ke-25 skuad Merah Putih untuk membela bendera klub masing-masing selama masa kompetisi. Tentunya jika saat mereka dibutuhkan untuk main buat timnas, mereka harus segera merapat ke Senayan.

Berbagai desakan untuk dapat memberikan kelonggaran bagi pemain memang ramai 1 minggu terakhir. Buat PSSI, yang memiliki orientasi hasil (baca : bisa jadi instant), meyakini dengan pelatnas terpusat, performa timnas bisa lebih bertaji. Alasannya, dengan selalu berlatih bersama, para pemain pastinya akan lebih kompak, lebih mengenal strategi pelatih, dan lebih menjiwai permainan ideal yang diinginkan pelatih.

Bagi yang kontra, yang juga berasal dari pemain timnas sendiri, menganggap kebijakan itu naïf dan membelenggu kebebasan mereka dalam mengembangkan diri. Selain tidak bisa teruji dalam iklim kompetisi, kaitan dengan klub yang menggaji mereka atas dasar kontrak, adalah masalah tersendiri. Ada klub yang mencak-mencak karena hingga 6 pemain intinya harus makan gaji buta jika dipaksa mangkir membela klub. Ancaman terhadap penampilan prima klub yang bersangkutan pun terlihat di depan mata. Siapa yang mau coba?

Hakikatnya, prestasi timnas memang tidak diraih dalam waktu singkat. Inti permasalahannya terletak dari sistem jangka panjang timnas yang terpadu dan cetak biru aturan main buat semua skuad yang menjadi anggota timnas. Harus ada kesinambungan antara kompetisi yang dilakukan dan agenda program timnas. Tim-tim nasional di Eropa saja tidak melakukan pelatnas terpusat dan melarang pemainnya bermain pada kompetisi yang sedang berjalan, karena memang kompetisi diliburkan atau sedang libur secara serempak.

Kebutuhan akan aktualisasi dan pengembangan diri pemain dalam ajang kawah candra dimuka yang bernama kompetisi, tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sejatinya, lewat kompetisi yang dirancang ketat dan sehat, pemain pun akan mendapat input positif untuk nantinya disumbangkan saat mereka memakai seragam timnas. Biarpun saat ini kita harus melupakan kompetisi ideal yang bisa membentuk mental dan skill pemain ke arah yang kita harapkan. Kenyataannya, kompetisi yang bisa membuat mereka terus ‘bertarung’ adalah kompetisi saat ini yang kita punya. Mau apa lagi?

Akhirnya, dengan sajian kompetisi yang ada sekarang, tidak ada pilihan buat pemain selain terus ‘berlatih’ di dalamnya. Atmosfir kompetisi adalah air yang sesungguhnya diinginkan untuk diminum oleh setiap pemain. Harapannya adalah pembenahan kompetisi lewat aturan yang jelas, sanksi yang tegas, dan manajemen yang lebih profesional, dapat terus ditingkatkan. Jangan sampai kita hanya bisa terus menggelar kompetisi tarkam yang berlabel super.

Tidak ada komentar:

Arsip Blog