Jumat, 26 Juni 2009

Jelang Final Piala Kofederasi: Status Quo atau Kejutan Jilid 2?

Jelang Final Piala Kofederasi: Status Quo atau Kejutan Jilid 2?

Sudahlah, lupakan Spanyol, yang sombong, harus tersingkir dan melupakan final ideal melawan Brasil. Segera lupakan pula bagaimana prediksi pengamat dan banyak orang yang meleset jauh dengan mantap menjagokan juara Eropa 2008 itu bisa mudah melibas Amerika Serikat (AS) di babak semifinal. AS sudah bertengger di partai puncak menghadapi Brasil, juara bertahan Piala Konfederasi, yang bersusah payah menang tipis 1-0 atas tuan rumah, Afrika Selatan (Afsel).

Sebuah partai final yang sebenarnya tidak begitu disukai oleh banyak penggila sepakbola. Wajar, mengingat AS memang kurang punya nama dibanding Spanyol, jawara Eropa dengan rekor tak terkalahkan sepanjang 35 laga sebelum akhirnya bertekuk lutut di hadapan pasukan The Stars and Stripes. Banyak yang mengatakan bahwa inilah partai final yang anti klimaks. Pengamat lebih senangjika Spanyol jumpa Brasil di final. Lebih pantas, singkatnya.

Terserah orang mau bilang apa, yang pasti yang terbaiklah yang berhak melenggang ke duel final. Kita bisa menyaksikan Spanyol yang frustasi dan bermain berantakan menghadapi gaya bermain AS yang militan dan tanpa beban. Bermain efektif dan tidak menyia-nyiakan peluang. Tercatat dari 3 peluang emas, dua berhasil menjadi gol. Kejutan sudah disuguhkan oleh Jozy Altidore Cs. untuk dunia.

Sementara Brasil harus menerima kenyataan bermain kacamata di babak pertama saat kontra Afsel. Di fase grup, Brasil selalu mencetak 3 gol ke gawang lawan. Terlihat betapa sulitnya Kaka Cs mencetak gol menghadapi lawan yang bermain dengan pertahanan efektif dan pantang menyerah. Gol Daniel Alves menit ke-88 pun harus berasal dari bola mati, tendangan bebas langsung.

Apa yang diperlihatkan oleh Afsel, bisa jadi menginspirasi AS untuk bisa balas dendam atas kekalahan telak mereka di fase grup, 3-0. Masih larut dalam suasana kemenangan atas Spanyol, semangat semakin berlipat tentunya untuk bisa kembali membuat kejutan. Beban justru berada di sisi Jogo Bonito. Selain berstatus sebagai juara bertahan, lawan yang dihadapi oleh tim asuhan Dunga adalah tim yang pernah dilukai dan sudah mengetahui persis gaya permainan Brasil.

Melihat bagaimana partai Brasil Vs Afsel, kita bisa simpulkan bahwa Brasil sedang berada pada titik bawah permainan terbaik mereka. Inilah kesempatan AS untuk bisa melanjutkan kejutan yang sudah dibuat sebelumnya. Grafik permainan yang meningkat paska kemenangan 3-0 atas Mesir di fase grup, partai final adalah suatu pencapaian luar biasa buat Landon Donovan Cs. Untuk itu dipastikan mereka akan bermain lebih lepas dibanding saat mengalahkan Spanyol.

Tinggal bagaimana AS bisa belajar banyak dari kekalahan 0-3 dari Brasil. Semuanya terjadi begitu cepat dan beberapa karena kesalahan mendasar. Tertinggal 0-3, adalah hal berat untuk mengejar di 45 menit kedua meski AS sudah menemukan bentuk permainannya. Bagi Brasil sendiri, mereka harus melupakan momen dimana mereka mengalami kebuntuan dalam bermain di partai semifinal. Mereka harus jauh lebih siap, meski yang dilawan bukanlah tim tuan rumah yang dibanjiri pendukung. Kita tunggu saja.

Tidak ada komentar:

Arsip Blog