PSSI (Really) Fantasy
Secara tidak sengaja, semalam saya melihat siaran langsung soal sepakbola nasional. Bukan pertandingannya, melainkan hajatan PSSI yang diberi label Musyawarah Luar Biasa (Munaslub) PSSI. Mumpung sekalian berulang tahun ke-79 dan isu soal pencalonan Indonesia pada Piala Dunia 2022 terus bergulir, PSSI menjadikannya sebagai ajang good campaign ala PSSI. Tajuk yang diusung adalah PSSI Fantasy.
Menarik melihat bagaimana sang ketua umum PSSI, Nurdin Halid, dengan penuh semangat dan optimisme, memberikan pidato soal perkembangan, harapan, program, dan segala sesuatu soal sepakbola Indonesia mendatang. Paparannya soal langkah PSSI ke depan nampak ideal, normatif, modern dan teratur. Saya bisa katakan semua yang direncanakan dan akan dilakukan demi kemajuan sepakbola Indonesia, sungguh sebuah tugas besar yang mulia.
Hal ini bertolak belakang dengan perkembangan berita di beberapa harian ibukota yang justru menyoroti bagaimana PSSI dengan berbagai cara yang tidak mulia ingin memulai tugas besar yang mulia di atas. Sudah menjadi rahasia umum, PSSI mencoba memelintir ketentuan baku Statua Standar FIFA soal pasal kriminal buat anggota komite eksekutif.
Bagaimana kita mau bicara soal visi, misi dan eksekusi pengembangan sepakbola yang mumpuni bila pelaku organisasinya saja sudah tidak bermoral. Ini jelas masalah serius. Menghadapi badan sepakbola dunia serta ancamannya saja, PSSI masih ingin mencari celah demi kepentingan pihak tertentu. Mereka harusnya melihat kepentingan yang lebih besar ketimbang hanya mempertahankan figur yang secara aturan sudah tidak bisa dipertahankan.
Adalah pertanyaan besar andai ternyata Pedoman Dasar yang dibelokkan itu akhirnya disahkan hari ini (20 April 2009). Logika dan hati nurani peserta Munaslub, yang merupakan perwakilan insan sepakbola Indonesia, pun patut dipertanyakan. Jika kita tetap keras kepala dengan Pedoman Dasar tipu muslihat itu, masalah yang lebih besar pun siap untuk membuat citra sepakbola kita kian terpuruk di mata internasional.
Kita mendukung upaya pencapaian prestasi sepakbola hingga level dunia. Namun tentunya kita tidak akan mentolerir berbagai sikap tak terpuji yang semakin mencoreng wajah sepakbola nasional. Apapun alasannya, sisi moral petinggi PSSI menjadi taruhan untuk menjelaskan masalah ini sesuai aturan yang ada. Jangan sampai citra PSSI adalah memang sebuah organisasi penuh akal-akalan. Really fantasy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar