Senin, 14 April 2008

Menjiplak Tapi Kurang Berhasil

Menjiplak Tapi Kurang Berhasil

Saya masih ingat statement Ahmad Dani beberapa tahun lalu ketika ditanya bahwa lagu-lagu Dewa 19 banyak yang mirip dengan lagu Barat yang sudah ngetop. Dia menjawab terang-terangan bahwa memang dia mengambil bagian lagu/musik Barat yang sudah ngetop itu. Dia pun mengatakan bahwa ‘Itulah Saya!’.

Di kesempatan lain saat bicara tentang musik dan lagu Indonesia populer. Dia mengatakan bahwa musik Indonesia tidak ada yang orisinil. Yang ada adalah hasil pengambilan dari musik-musik dunia (sebagian besar dari Barat) yang diolah dan akhirnya menjadi musik dan lagu gado-gado baru.

Sebuah pengakuan yang jujur ala Ahmad Dani. Pernyataan yang masih oleh sebagian besar musisi Indonesia tidak berani dikeluarkan. Bahkan seorang Yovie Widianto pun terkesan kontradiktif seputar hal ini. Di satu sisi dia mengkritik grup band atau penyanyi yang penjualan kasetnya mencapai jutaan rupiah tapi karyanya tidak orisinil. Padahal kita pun tahu bahwa banyak karya dari Yovie yang mirip dengan lagu dan musik Barat yang sudah ngetop.

Cerita di atas hanyalah pengantar saja. Intinya, kita belum bisa mengakui bahwa kita memang adalah bangsa yang meniru. Yang ingin sebenarnya saya tumpahkan disini adalah soal program di TV yang dengan telak-telak meniru program dari luar. Sabtu sore (12/04) kemarin saat santai bersama keluarga di rumah, saya sengaja browsing acara di TV terrestrial (baca: Nasional). Pencarian acara saya berhenti saat melihat acara kuis di TV One yang sepertinya saya pernah melihat versi aslinya.

Ternyata benar. Progran kuis TV dengan nama acara “Masa Kalah Sama Anak Kecil” itu mirip sekali dengan program kuis TV “Are You Smarter Than A 5th Grader?” yang ditayangkan oleh Star World. Dengan memakai Helmi Yahya dan Becky Tumewu sebagai host, acara yang dikemas sedemikian rupa itu terlihat renyah. Jauh dari packaging versi yang asli.

Saya tidak tahu, apakah kuis ala Indonesia itu mendapat lisensi atau franchise dari Production House yang memiliki hak atas program versi aslinya. Kalau tidak, jelas bahwa fakta bahwa televisi kita adalah penjiplak dan pengekor tidak perlu diragukan lagi. Sering saya mendengar alibi dari pengasuh program TV jiplakan soal program yang dianggap meniru, dengan mengatakan bahwa mereka hanya terinspirasi saja. Terinspirasi pastinya berbeda dengan meniru. Kita memang kurang kreatif.

Kalaupun ternyata sudah mendapat lisensi atau franchise, saya tetap prihatin melihat hasil yang ada. Mulai dari nama program yang dibuat sampai pengemasan acara jelas kurang OK. Sudah mendapat lisensi tapi kita masih tidak memiliki kemampuan untuk menghadirkan karya asli ala Indonesia yang punya kualitas. Entah karena faktor teknis atau non teknis, yang jelas, output programnya tidak sekelas dari program aslinya.

Sejauh ini mungkin baru Family 100 saja yang sukses ‘membumi’ di Indonesia. Dengan mendapat lisensi dari pengelola acara Family Feud, Family 100 bisa tampil ala Indonesia tapi tetap OK. Buktinya program ini bisa bertahan lama meskipun harus pindah-pindah stasiun TV.

Kita pun sudah tahu juga program TV non kuis yang banyak meniru program dari luar. Sebut saja Spontan (sudah tidak tayang) yang meniru Just for Laugh. Kini hadir Spontan versi baru dengan nama Jail yang lagi-lagi mengatakan tidak meniru dari versi Barat tapi hanya terinspirasi saja. Sebenarnya kita pernah dan mungkin masih memiliki program-program orisinil. Katakanlah acara Kelompencapir di TVRI era 80 dan 90-an.

Dengan target audiens yang mayoritas adalah kelas menengah ke bawah, mungkin dengan menjiplak program lain yang tidak tayang di TV nasional, pastinya tidak banyak orang yang tahu. Memang berada di dunia TV yang syarat dengan kaidah-kaidah industri, diperlukan program unik yang mampu menyedot penonton sebanyak-banyaknya.

Sisi kreativitas menjadi panglima untuk membuat program unggulan yang memiliki rating tinggi. Sayangnya, kreatifitas yang ada sebagian besar hanya berkutat pada penjiplakan program lain yang berasal dari luar. Semoga kita kembali memiliki program orisinil yang tetap memiliki penonton.

Tidak ada komentar:

Arsip Blog